TEMPO.CO, Doha—Ancaman kekurangan pasokan susu akibat keretakan hubungan Qatar dan negara-negara tetangga, mendorong seorang pengusaha Qatar menerbangkan empat ribu ekor sapi perah ke negara tersebut.
Moutaz al-Khayyat, Direktur Power International Holding, membeli ribuan sapi itu dari Australia dan Amerika Serikat. Setidaknya, perlu 60 penerbangan Qatar Airways untuk mengangkut hewan-hewan seberat 590 kilogram tersebut.
Baca: Blokade Qatar, Presiden Turki Kecam Negara-negara Teluk
"Inilah saatnya bekerja untuk Qatar," kata dia, dikutip dari The Washington Post 14 Juni 2017.
Al-Khayyat, yang bisnis utamanya adalah perusahaan konstruksi, telah mengembangkan perusahaannya ke bidang pertanian. Dia memiliki sebuah pertanian di 50 kilometer dari bagian utara Doha. Lahan pertanian al-Khayyat memiliki luas setara 70 lapangan sepak bola.
Lahan pertanian yang berada di gurun itu dilengkapi dengan gudang penyimpanan. Di tempat ini, dia memproduksi susu dan daging kambing. Dia sudah berencana mengimpor sapi melalui laut untuk ditempatkan di lokasi ini.
Namun, blokade membuat rencana itu dipercepat. al-Khayyat mengatakan produksi susu segar akan dimulai pada akhir bulan ini. Lebih cepat dari rencana sebelumnya pada September mendatang.
"Produksi susu akan mencakup sepertiga permintaan Qatar pada pertengahan Juli," kata al-Khayyat di kantornya di Doha.
Percepatan ini membuat al-Khayyat harus merogoh kocek lebih dalam karena biaya pengiriman meningkat lebih mahal lima kali menjadi US$8 juta. Tapi, al-Khayyat tidak mempermasalahkan kenaikan biaya.
"Pemerintah sudah bekerja sangat keras untuk memastikan tidak ada efek," kata al-Khayyat.
Sebagian besar susu segar dan produk susu yang dikonsumsi masyarakat Qatar selama ini berasal dari Arab Saudi. Namun, pengiriman susu dan produk susu berhenti pekan lalu sejak Arab Saudi dan beberapa negara menutup jalur darat dan udara ke Qatar.
Baca: Qatar Mulai Dibanjiri Produk Turki
Blokade yang dimulai pada 5 Juni juga telah memaksa Qatar untuk membuka jalur perdagangan baru dengan negara lain seperti Iran dan Turki, untuk mengimpor pangan, bahan bangunan dan peralatan industri.
Produk berbahan dasar susu misalnya, telah diterbangkan dari Turki. Buah dan sayuran dari Iran juga telah tiba di Doha. Ada juga kampanye untuk membeli barang-barang lokal.
Seorang warga Qatar yang ditemui The Washington Post di pusat perbelanjaan Al Meera menegaskan dirinya tidak akan lagi membeli produk dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, dua negara yang menjadi motor blokade terhadap negaranya. “Saya akan loyal pada negara yang setia di masa sulit kami.”
THE WASHINGTON POST | THE GUARDIAN | SITA PLANASARI AQUADINI