TEMPO.CO, Paris - Sejumlah dokter warga Suriah mengungkapkan bantuan kemanusiaan ke Suriah turun drastis dalam dua bulan terakhir. Hal ini disebabkan oleh organisasi-organisasi pendonor tidak lagi berminat mengirimkan bantuan medis kepada para korban dan pengungsi.
Para dokter yang bertugas di provinsi-provinsi yang dikuasai pemberontak yang memusuhi pemerintahan Bashar al-Assad menuturkan bantuan medis yang turun drastis membuat sejumlah rumah sakit tutup.
Baca: Suriah Dituduh Gantung Ribuan Tahanan dan Membakar Jasad Mereka
Seperti yang terjadi di Provinsi Idlib, ribuan warga Suriah mengungsi ke provinsi di utara Suriah yang berbatasan dengan Turki ini tanpa ketersediaan obat-obatan. Provinsi Idlib menjadi pusat kekuatan pemberontak, termasuk ISIS.
"Situasi di Idlib sangat buruk karena banyak organisasi menghentikan bantuan mereka. Banyak rumah sakit tutup karena yang memberikan bantuan dari luar bosan akibat revolusi sudah berlangsung selama tujuh tahun. Banyak di antara mereka yang tidak mau datang lagi," kata Farida, dokter ahli kandungan terakhir yang dievakuasi dari wilayah perang Aleppo ke Idlib pada awal tahun ini.
Baca: Kisah Fotografer Selamatkan Anak-anak Aleppo dari Bom Bunuh Diri
Menurut Farida, sekitar tiga juta orang saat ini tinggal di Idlib.
Untuk mengatasi penurunan drastis bantuan medis ke Suriah, tiga dokter sebagai delegasi dari Yayasan Masyarakat Kedokteran Suriah Amerika atau SAMS terbang ke Paris, Prancis, kemudian ke Belanda dan Luksemburg untuk menagih komitmen bantuan medis bagi Suriah.
CHANNEL NEWSASIA | MARIA RITA