TEMPO.CO, Kota Marawi—Sekitar 2.000 penduduk Marawi, Mindanao, terjebak tanpa makanan selama dua pekan terakhir, setelah gencatan senjata yang diinisiasi Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan Fron Pembebasan Islam Moro (MILF) gagal.
Seperti dilansir AFP Senin 5 Juni 2017, gencatan senjata yang diharapkan berlangsung selama empat jam pada Ahad lalu, berakhir lebih cepat setelah kedua pihak melanggar kesepakatan.
Dari 2.000 lebih penduduk yang berusaha dievakuasi, pemerintah Filipina baru dapat menyelamatkan 170 orang.
Baca: 134 Warga Sipil Diselamatkan Saat Gencatan Senjata di Marawi
Menurut juru bicara Komite Manajemen Krisis Provinsi Zia Alonto Adiong kepada AFP, kegagalan mengevakuasi ribuan penduduk selain terhalang oleh gencatan senjata yang hanya berlangsung singkat, juga disebabkan oleh aturan militer Filipina sendiri.
Menurut Adiong, tim penyelamat hanya diperbolehkan militer mengevakuasi penduduk di wilayah sekitar kota, tetapi dilarang menolong warga yang berada di dalm kota Marawi.
“Kami merasa kecewa dan dikhianati. Kita bicara tentang nyawa ribuan penduduk yang telah hidup 13 hari tanpa makanan, Demi Tuhan,” kata Adiong, kesal.
Baca: Aksi Heroik Tokoh Muslim Marawi Melindungi Warga Kristen
Ribuan warga sipil di Marawi terjebak selama dua pekan terakhir setelah milisi bersenjata yang loyal kepada Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS, berusaha merebut kota tersebut. Pemerintah Filipina menyebut selama pertempuran tersebut, sekitar 178 orang dilaporkan tewas, termasuk 10 tentara Filipina yang meninggal karena serangan udara militer.
Sebanyak 120 milisi bersenjata tewas di Marawi, termasuk depalan milisi asing. Sementara 38 tentara dan 20 warga sipil juga meregang nyawa dalam serangan tersebut.
AFP | THE STRAITS TIMES | THE PHILIPPINE STAR | SITA PLANASARI AQUADINI