Prancis, Jerman dan Italia mengeluarkan pernyataan bersama yang menolak perundingan ulang terhadap kesepakatan tersebut, seperti yang diinginkan Trump.
"Kami menganggap kesepakatan di Paris pada Desember 2015 tidak dapat diubah. Kami sangat yakin bahwa kesepakatan itu dapat dirundingkan ulang, karena ini adalah instrumen penting bagi planet, masyarakat dan ekonomi kita," demikian isi pernyataan bersama tiga nergara tersebut seperti dilansir BBC, Jumat 2 Juni 2017.
Baca: Donald Trump Umumkan AS Mundur dari Perjanjian Perubahan Iklim
Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam pidato televisi menyatakan Trump membuat keputusan demi kepentingan negaranya tetapi menjadi kesalahan untuk masa depan Bumi.
"Amerika Serikat sudah tidak peduli lagi dengan dunia ini," ujar Macron.
Trump mengumumkan bahwa Amerikat Serikat mundur dari kesepakatan iklim Paris 2015.
Trump berdalih kesepakatan Paris sebagai perjanjian yang ditujukan untuk memincangkan, merugikan, dan memiskinkan Amerika Serikat.
Dia mendesak langkah untuk merundingkan kesepakatan baru yang 'adil' yang tidak merugikan dunia usaha dan pekerja AS akan dimulai.
Dia berpendapat kesepakatan akan menyebabkan kehilangan Produk Domestik Bruto sebesar US$3 triliun dan 6,5 juta lapangan kerja, sementara pesaing seperti Cina dan India mendapat perlakuan yang lebih baik.
Baca: Angela Merkel Marah atas Sikap Donald Trump Soal Perubahan Iklim
Selain dikritik Prancis, Jerman dan Italia, keputusan Trump juga dikritik oleh Kanada. Menteri Lingkungan Hidup Catherine McKenna menyatakan Kanada "sangat kecewa" atas keputusan Presiden Trump.
Di London, Perdana Menteri Inggris, Theresa May mengungkapkan kekecewaannya dan mengatakan kepada Trump bahwa kesepakatan Paris untuk melindungi "kemakmuran dan keamanan generasi mendatang".
Pemimpin Skandinavia seperti Swedia, Finlandia, Denmark, Norwegia, serta Islandia juga mengutuk langkah AS mundur dari kesepakatan tersebut.
Dari dalam negeri AS, keputusan Trump juga menimbulkan gelombang protes. Mantan Presiden AS, Barack Obama, yang terlibat langsung di balik kesepakatan Paris, langsung melontarkan kritik dan menuduh administrasi Trump "menolak masa depan".
Politisi Partai Demokrat Chuck Schumer menyebut keputusan tersebut sebagai "salah satu langkah kebijakan terburuk yang dibuat pada abad ke-21, karena akan mengakibatkan bencana pada ekonomi kita, lingkungan kita dan posisi geopolitik kita".
Tetapi pimpinan Kongres dari Partai Republik dan kalangan industri batubara AS mendukung langkah Trump.
Sementara, Juru bicara PBB mengatakan bahwa keputusan AS itu menimbulkan "kekecewaan bagi upaya dunia mengurangi emisi gas rumah kaca dan mempromosikan keamanan global".
Pengusaha teknologi Elon Musk memastikan dia telah meninggalkan posisinya sebagai penasihat administrasi Presiden Trump sebagai protes atas keputusannya.
Baca: Elon Musk Tinggalkan Trump Jika AS Keluar dari Kesepakatan Paris
Amerika Serikat menyumbang sekitar 15% emisi karbon global namun juga merupakan sumber keuangan dan teknologi yang penting bagi negara-negara berkembang dalam upaya mengatasi peningkatan temperatur.
Kesepakatan Paris tahun 2015 lalu mengikat Amerika Serikat dan 187 negara untuk menjaga kenaikan temperatur global 'jauh di bawah' 2'C (3,6'F) dan 'berupaya membatasi' pada 1,5'C.
Hanya Suriah dan Nikaragua yang tidak menandatangani perjanjian iklim Paris itu.
BBC | AFP | SITA PLANASARI AQUADINI