TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Para pencari suaka dan pengungsi Rohingya di Malaysia mendapatkan perlakuan buruk, yakni hanya mendapat minum secangkir kecil air, sedikit makanan, dan terpaksa minum air toilet.
Menurut Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR), sedikitnya dua orang dari etnis Rohingya meninggal di rumah tahanan kantor Imigrasi Malaysia sejak 2015 gara-gara perlakuan buruk yang mereka alami.
”Mereka memberi kami hanya secangkir kecil air dan sedikit makanan. Kalau tidak, kami harus minum air toilet,” kata seorang gadis berusia 18 tahun, pengungsi Rohingya, kepada Guardian.
Komisi Hak Asasi Manusia Malaysia (Suhakam) melaporkan, kondisi mereka di tahanan sangat buruk dan mendapatkan siksaan. Mereka tidak mendapatkan makanan dan air memadai, termasuk perawatan kesehatan.
UNHCR, dalam keterangannya kepada Guardian, menyebutkan sebanyak 24 orang hampir semuanya warga negara Myanmar meninggal dalam tahanan sejak 2015.
”Kematian ini benar-benar harus dicegah,” kata Direktur Eksekutif Fortify Rights Amy Smith. “Perbaikannya sangat mudah, Malaysia tidak boleh menyamakan pengungsi dengan penjahat.”
Laporan Reuters mengutip data dari Suhakam mengatakan jumlah pengungsi meninggal mencapai 83 orang pada 2015 dan sedikitnya 35 orang meninggal pada 2016.
”Jumlah korban tewas begitu banyak dan mengagetkan. Harus ada perubahan sistem secara menyeluruh,” kata Jerald Joseph, Komisioner Suhakam.
Catatan UNHCR menyatakan sebanyak 246.270 pengungsi Myanmar berada di Malaysia. Sekitar 150 ribu berstatus pencari suaka sedangkan sisanya adalah pengungsi.
Mayoritas pengungsi Rohingya adalah muslim. Mereka meninggalkan Myanmar untuk menghindari kekerasan dan siksaan dari nasionalis Buddha dan militer Myanmar. Malaysia merupakan salah satu tempat mereka mengungsi.
ASIAN CORRESPONDENT | CHOIRUL AMINUDDIN