TEMPO.CO, Beijing - Cina dan Filipina mulai melakukan konsultasi masalah perselisihan Laut Cina Selatan pekan ini.
Menurut Duta Besar Filipina untuk Cina, Jose Santiago Santa Romana, kepada wartawan pada Sabtu, 13 Mei 2017, konsultasi kedua negara dilakukan di salah satu kota di Cina. Dia tidak bersedia menyebutkan nama kota tersebut.
Dia menambahkan, perselisihan wilayah laut kedua negara tidak bisa diselesaikan dalam waktu semalam.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte dikritik oleh oposisi karena dianggap mengalah terhadap Cina dan mengorbankan kedaulatan Filipina. Duterte berdalih bahwa dia melakukan pendekatan pragmatis untuk menyelesaikan masalah Laut Cina Selatan.
"Menantang Cina berisiko memicu perang," kata Duterte.
Santa Romana mengatakan kehadiran Duterte di pertemuan tingkat tinggi di Cina seharusnya tidak dipandang sebagai Filipina menyerah atas kedaulatan di Laut Cina Selatan.
Sebelumnya, pada 2013, pemerintah Filipina mengajukan gugatan ke pengadilan arbitrase di Den Haag untuk mengatur batas wilayah kelautan. Pengadilan tersebut melakukannya tahun lalu, dan membatalkan klaim Cina atas kedaulatan sebagian besar Laut Cina Selatan.
Cina mengklaim hampir seluruh sumber energi di Laut Cina Selatan yang menyumbangkan penghasilan Rp 67 triliun setiap tahun dari lalu lintas perdagangan. Negara-negara tetangga Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim kawasan ini.
CHANNEL NEWS ASIA | CHOIRUL AMINUDDIN