TEMPO.CO, Tunis - Presiden Tunisia Beji Caid Essebi pada Rabu, 10 Mei 2017, memerintahkan Angkatan Bersenjata melindungi industri fosfat, gas, dan minyak menyusul unjuk rasa besar di negeri itu.
Perintah ini untuk pertama kalinya dikeluarkan terhadap militer Tunisia guna melindungi instalasi industri vital bagi ekonomi Tunisia.
Selama beberapa bulan ini, Tunisia dihantam protes besar dengan cara duduk dan mogok kerja mengakibatkan kerugiaan negara mencapai triliunan rupiah.
Dalam beberapa pekan, sekitar 1.000 pengunjuk rasa di Provinsi Tatouine, lokasi industri minyak ENI Italia dan OMV Austria beroperasi, menuntut lapangan kerja dan bagi hasil atas keuntungan sumber alam dari kawasan tersebut.
Protes massa juga terjadi di Provinsi Kebili pada Rabu, 10 Mei 2017. Polisi terpaksa menembakkan gas air mata guna membubarkan amuk massa di kota sebelah barat Tunis itu setelah seorang penjual buah membakar diri dalam aksi melawan polisi.
Baca Juga:
Insiden jalanan ini mirip dengan aksi pada 2011 ketika massa turun ke jalan untuk menjatuhkan Presiden Zine El-Abidine Ben Ali. Ketika itu, seorang penjual bensin menuangkan minyak dan membakar diri. Dia berhasil diselamatkan setelah dilarikan ke rumah sakit.
Enam tahun setelah kejatuhan Ben Ali, Tunisia mencoba melakukan reformasi untuk membantu pertumbuhan ekonomi, tetapi negeri itu dihadapkan pada masalah pengangguran terutama kaum muda di selatan yang merasa memiliki sedikit peluang.
Essebi mengatakan, militer segera dikerahkan ke lokasi strategis.
"Ini sebuah keputusan serius tetapi harus diterapkan demi melindungi sumber alam kita," katanya dalam sebuah pidato nasional. "Demokrasi kita telah terancam dan hukum harus ditegakkan meskipun kami tetap menghormati kebebasan."
Seorang warga setempat di kawasan selatan Metaloui -jantung produksi fosfat Turki- mengatakan, pasukan militer tiba dengan sejumlah truk pada Rabu, 10 Mei 2017, dan mulai membangun barikade di sekitar fasilitas industri.
Tunisia adalah negara industri minyak dan gas kecil bila dibandingkan dengan negara tetangganya anggota OPEC, Libya dan Aljazair. Produksi negeri itu sekitar 44 ribu barel per hari.
AL ARABIYA | CHOIRUL AMINUDDIN