TEMPO.CO, Seoul— Moon Jae-in, anak bekas pengungsi Korea Utara, hari ini dilantik sebagai presiden Korea Selatan ke-19 setelah memenangi pemilu presiden pada Selasa lalu.
“Saya akan menjadi presiden yang akan dibanggakan seluruh rakyat dan saya pastikan akan memutus praktik-praktik lama. Mulai sekarang, negara ini akan membuka lembaran baru,” kata Moon dalam upacara pelantikannya seperti dilansir BBC, Rabu 10 Mei 2017.
Baca: Moon Jae-in Menangi Pilpres Korea Selatan
Moon, 64 tahun, menggantikan Park Geun-hye, presiden perempuan pertama Korea Selatan yang dipecat pada Desember lalu oleh parlemen karena skandal korupsi.
Pada tahun 1970-an, Moon yang masih mahasiswa ditangkap karena memimpin unjuk rasa memprotes pemimpin junta militer Park Chung-hee, ayah Park Geun-hye.
Sebagai mantan pengacara hak asasi manusia dan bekas pengungsi Korea Utara, Moon dikenal sebagai politisi yang mendukung dialog damai dengan Korea Utara untuk mengurangi ketegangan akibat program nuklir dan rudalnya yang meningkat.
Baca: Pilpres Korea Selatan, Jumlah Pemilih Diprediksi Capai Rekor
Dia menganjurkan kebijakan dialog dua jalur sambil mempertahankan tekanan dan sanksi untuk mendorong perubahan.
Moon juga ingin mereformasi keluarga konglomerat yang dikelola keluarga, seperti Samsung dan Hyundai, dan meningkatkan pengeluaran fiskal untuk menciptakan lapangan kerja.
Moon, yang kalah tipis dari Park dalam pemilihan presiden terakhir, pada 2012, telah mengkritik dua mantan pemerintah konservatif Korea Selatan karena gagal menghentikan pembangunan senjata Korea Utara.
BBC | XINHUA | SITA PLANASARI AQUADINI