TEMPO.CO, Caracas - Venezuela segera keluar dari organisasi negara-negara Amerika atau OAS setelah 65 tahun menjadi anggota. Langkah ini diambil menanggapi tekanan OAS terhadap pemerintahan presiden Nicolas Maduro dalam mengatasi krisis politik di Venezuela.
"Besok, seperti yang telah diperintahkan Presiden Nicolas Maduro, kami akan menunjukkan surat keberatan ke OAS dan kami akan memulai prosesnya yang akan memakan waktu 24 bulan," kata Menteri Luar Negeri Venezuela, Delcy Rodriguez dalam pernyataannya di televisi seperti dikutip dari Al Jazeera, 27 April 2017.
Baca juga: Venezuela Tangkapi Pedagang Kue dan Roti Mahal
Menurut Rodriguez, pemerintahan Presiden Maduro telah dipaksa untuk menghadapi upaya OAS, organisasi pemerintahan regional yang konservatif untuk mendongkel Maduro dari jabatannya.
Keputusan untuk keluar dari OAS muncul hanya beberapa saat setelah utusan OAS menyetujui resolusi dalam rapat khusus menteri-menteri luar negeri organisasi regional itu untuk membahas krisis di Venezuela.
Baca juga: Sejuta Warga Venezuela Desak Presiden Maduro Mundur
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal OAS, Luis Almagro menyebut Maduro sebagai diktator yang membunuh lawan politiknya atau oposisi.
Dalam aksi turun ke jalan dalam beberapa minggu ini, para kelompok oposisi menuntut Maduro untuk menggelar pemilihan presiden lebih awal.
Sedikitnya 28 orang telah tewas dalam kerusuhan politik di Venezuela. Mereka tewas ditembak saat berlangsung bentrok dengan aparat polisi.
Baca juga: Kelaparan, Ribuan Warga Venezuela Menyeberang ke Kolombia
Maduro mengatakan, Venezuela jatuh ke dalam krisis ekonomi diakibatkan konspirasi para kapitalis dukungan Amerika Serikat sehingga harga-harga bahan pangan tak terkendali dan kelangkaan bahan pangan pun terjadi.
OAS merupakan organisasi regional tertua di dunia. Venezuela dan negara-negara Amerika Latin menjadi anggota organisasi ini.
AL JAZEERA | REUTERS | MARIA RITA