TEMPO.CO, Kairo – Meskipun berhadapan dengan masalah keamanan dan kritik dari hampir seluruhnya umatnya, Paus Fransiskus tetap mempersiapkan kunjungan ke Mesir.
Kendati rentan terhadap sasaran serangan, paus asal Argentina ini menolak naik kendaraan lapis baja. Paus justru ingin berada di mobil biasa agar lebih dekat dengan masyarakat.
Umat Katolik di Mesir hanya sekitar 1 persen dari jumlah penduduk, tapi Fransiskus ingin memperkuat hubungan antar-umat beragama di sana.
Baca: Akhiri Permusuhan, Paus Fransiskus Kunjungi Gereja Anglikan
Dalam kunjungannya ke Mesir, pemimpin tertinggi Gereja Katolik ini dijadwalkan akan bertemu dengan Syekh Ahmed al-Tayeb, imam besar dunia yang berpengaruh di kalangan warga Sunni, serta Paus Tawadros II, kepala Gereja Ortodoks Koptik.
Menjelang kunjungannya, Paus mengatakan, “Saya berharap kunjungan ini dapat meningkatkan dialog dengan dunia Islam serta Gereja Ortodoks Koptik.”
Vatikan mengatakan kunjungan Paus Fransiskus sangat penting karena dapat meningkatkan dialog antara umat Islam dan umat Kristen.
Setelah beberapa kali serangan teroris terhadap negara-negara Kristen, beberapa kalangan konservatif menginginkan dialog dengan berbagai kalangan Islam dihentikan.
Baca: Umat Kristen Koptik Mesir Kerap Dianiaya dan Diserang, Mengapa?
Selama 27 jam di Kairo, Bapa Suci ini bertemu dengan Presiden Abdel Fattah al-Sisi, yang saat ini disorot oleh organisasi pembela hak asasi.
Ketika dimintai keterangan oleh wartawan mengenai apakah Paus akan bertanya kepada Presiden Sisi tentang catatan hitam pelanggaran hak asasi manusia, Vatikan mengatakan Fransiskus melakukan perjalanan lebih rumit dibanding sebelumnya.
Keamanan dan penjagaan dilakukan secara ketat selama kunjungan Paus ke Mesir. Tiga pekan sebelumnya, sedikitnya 45 orang tewas akibat serangan ke sebuah gereja di Alexandria dan Tanta saat perayaan Minggu Palma, yang diklaim dilakukan oleh ISIS.
EURONEWS | CHOIRUL AMINUDDIN