TEMPO.CO, Moskow — Kelompok radikal Negara Islam di Irak dan Suriah atau ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan di markas badan intelijen domestik Rusia (FSB), Jumat lalu.
Seperti dilansir AFP, Sabtu, 22 April 2017, klaim tersebut dirilis kantor berita Amaq yang menjadi alat propaganda kelompok teroris ini, dan disebar lewat jejaring media sosial, Telegram.
Berdasarkan versi terjemahan yang dilansir SITE, ISIS mengaku menyerang kantor FSB di Kota Khabarovsk, perbatasan dengan Cina, sehingga menewaskan tiga orang dan melukai sejumlah orang lainnya.
Baca: Markas Intelijen Rusia Diserang, 3 Orang Tewas
Sedangkan, otoritas Rusia sebelumnya menyebutkan ada dua orang yang tewas dalam insiden itu.
Baca Juga:
Satu korban karyawan FSB dan satu lainnya warga sipil, dan satu korban lain dilaporkan terluka. Adapun pelaku tewas setelah ditembak mati aparat.
Laporan yang dilansir Amaq muncul satu hari setelah ISIS mengeluarkan klaim atas serangan di Paris, Prancis, hingga menyebabkan seorang polisi tewas dan dua petugas lainnya terluka.
Serangan mematikan terhadap aparat penegak hukum di Rusia merupakan hal yang sangat jarang terjadi di wilayah yang tak stabil di utara area Kaukasus.
Namun, wilayah Rusia tengah menggencarkan pengamanan sejak serangan bom bunuh diri di dalam kereta bawah tanah di Kota St Petersburg pada 3 April lalu. Serangan itu merenggut 15 nyawa.
Dalam serangan bom bunuh diri di stasiun Metro St Petersburg yang menyebabkan 11 orang tewas, kelompok ISIS juga mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab.
Namun, dalam penyelidikan oleh pihak berwenang Rusia, tidak ada bukti yang menghubungkan ISIS dengan aksi bom bunuh diri tersebut.
Tersangka dalam serangan bom di St Petersburg adalah Akbarzhon Jalilov, warga Rusia kelahiran Kirgistan, yang berusia 22 tahun.
AFP | IB TIMES | SITA PLANASARI AQUADINI