TEMPO.CO, Hanoi - Sejumlah petani di Vietnam menyandera 20 polisi serta pejabat desa sebagai protes atas pencaplokan secara ilegal lahan garapan mereka oleh perusahaan pemerintah.
Petani di Desa Dong Tam, wilayah pertanian yang berjarak dua jam dari Hanoi, ibu kota Vietnam, selama enam hari ini telah menyandera 20 orang yang terdiri atas polisi dan pejabat desa setempat. Awalnya mereka menahan 38 orang, tapi 15 di antaranya telah dibebaskan dan tiga lainnya berhasil meloloskan diri.
Seperti yang dilansir Asia Correspondent pada 20 April 2017, 20 polisi serta pejabat desa itu disandera sejak Sabtu lalu setelah para petani bentrok dengan pihak berwenang terkait dengan sengketa tanah.
Penduduk desa mengklaim tanah mereka telah disita secara ilegal untuk dijual ke perusahaan telekomunikasi milik militer yang tidak memberikan kompensasi memadai. Menurut warga desa, perselisihan tersebut ditangani oleh pejabat daerah yang korup sehingga kata sepakat sulit tercapai.
Kini, para petani tersebut mengatakan telah menutup akses keluar-masuk ke daerahnya guna menghalangi upaya penyelamatan terhadap para sandera. Penduduk setempat menyegel desa mereka dengan barikade yang terbuat dari kayu gelondongan, karung pasir, dan batu bata serta melarang orang luar untuk masuk.
Ancaman juga telah dilakukan untuk membakar rumah tempat sandera ditahan jika pihak berwenang berusaha untuk bergerak masuk.
"Kami menuangkan minyak ke sekitar rumah masyarakat tempat orang-orang itu disimpan. Kami akan bergerak jika polisi menyerang kami," kata seorang petani perempuan.
Menurut petani, para sandera diperlakukan dengan baik, diberi makan tiga kali sehari.
Bentrokan itu membuat 9 petani ditahan, termasuk seorang kakek berusia 83 tahun yang melakukan aksi mogok makan.
Aksi para petani Vietnam itu terbilang cukup mengejutkan dan sesuatu yang jarang terjadi. Biasanya aksi-aksi protes terhadap pihak berwenang berujung dengan penangkapan dan tindakan semena-mena pihak berwajib.
Terdapat beberapa tindakan pemberontakan serupa dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2012, seorang petani ikan dipenjara selama lima tahun setelah menggunakan senjata buatan sendiri untuk menghindari penggusuran dari sebidang tanah yang telah dia tempati selama 18 tahun.
ASIA CORRESPONDENT | CHANNEL NEWS ASIA | YON DEMA