TEMPO.CO, London - Bayi berusia tiga bulan diinterogasi sebagai teroris di kedutaan besar Amerika Serikat di London, Inggris setelah kakeknya salah mengisi formulir ESTA untuk mendapatkan visa. ESTA merupakan sistem aplikasi online milik pemerintah Amerika untuk memeriksa calon wisatawan sebelum mereka masuk ke negara itu.
Kurang dari tiga hari lagi, Harvey Kenyon-Cairns, sang bayi, akan terbang ke Florida untuk perjalanan luar negeri pertama dengan keluarganya ketika ia dipanggil ke kedutaan besar Amerika Serikat di London.
Baca juga: Sadis, Bayi Dilibatkan dalam Aksi Teror di Nigeria
Bayi laki-laki itu bersama ibu dan kakeknya Paul Kenyon, risau meyusul belum dikeluarkannya visa ke Amerika Serikat ketika mendapat panggilan itu.
Setibanya di kedutaan besar Amerika Serikat di London, barulah mereka tahu bahwa ada kesalahan sehingga terjadi masalah dalam persetujuan visa. Disebutkan bahwa kakek Harvey, Kenyon usia 62 tahun salah menjawab pertanyaan pada formulir tersebut.
Pada formulir ada pertanyaan: Apakah Anda terlibat dalam atau apakah Anda pernah terlibat dalam kegiatan teroris, spionase, sabotase, atau genosida? Kenyon memberi jawaban "Ya." Sesuatu jawaban yang dianggap keliru oleh Kenyon, sebaliknya Kedutaan Amerika Serikat tentu kaget dengan jawaban itu.
Baca juga: Sadis, Boko Haram Bakar Anak-anak Nigeria Hingga Tewas
“Aku tidak percaya bahwa mereka tidak bisa melihat itu adalah murni kekeliruan karena tidak mungkin seorang bayi berusia tiga bulan bisa melakukan kejahatan seperti yang dimaksud," kata Paul Kenyon, seperti yang dilansir Telegraph pada 17 April 2017.
Meski masalah itu kemudian berakhir, namun keluarga tersebut harus merelakan perjalanannya kali ini, karena proses visa baru akan memakan waktu lebih lama. Dan itu juga membutuhkan biaya yang lebih banyak karena harus membayar biaya tambahan.
Kakek sang bayi yang diinterogasi sebagai teroris oleh Kedutaan Amerika Serikat di London kemudian bertanya-tanya siapa pula yang akan mau mengakui bahwa dirinya teroris saat mengajukan visa.
TELEGRAPH|INDEPENDENT|YON DEMA