TEMPO.CO, Kabul - Sejumlah militan tewas akibat serangan bom raksasa nonnuklir Amerika Serikat, Kamis, 13 April 2017. Menurut pejabat Afganistan, Sabtu, 15 April 2017, 94 militan tewas akibat serangan bom tersebut.
Ataullah Khogyani, juru bicara Gubernur Provinsi Nangarhar, mengatakan laporan sebelumnya menyebutkan 36 militan ISIS tewas.
Adapun pejabat Kementerian Pertahanan pada Jumat, 14 April 2017, menerangkan, jumlah korban tewas akibat hantaman bom di Distrik Achin tersebut kemungkinan akan bertambah setelah dilakukan penghitungan.
"Tidak ada warga sipil yang menjadi korban serangan," kata Khogyani.
Dia menambahkan, serangan udara Amerika ke kawasan terpencil di Provinsi Nangarhar dekat perbatasan Pakistan menewaskan empat pemimpin kelompok bersenjata ISIS.
"Operasi pembersihan di kawasan tersebut masih berlanjut," ucapnya.
Dalam serangan tersebut Amerika menggunakan Massive Ordnance Air Blast (MOAB), sebuah bom raksasa nonnuklir seberat lebih dari 9.000 kilogram.
Serangan udara itu menyasar tempat persembunyian militan ISIS di dalam gua di kawasan pegunungan yang kerap digunakan menyerang Provinsi Nangarhar.
Bekas Presiden Afganistan, Hamid Karzai, pada Sabtu, 15 April 2017, mengutuk serangan Amerika ke Provinsi Nangarhar. Berpidato di Kabul, Karzai mengatakan serangan Amerika di Provinsi Nangarhar adalah sebuah pengkhianatan nasional dan penghinaan terhadap bangsa Afganistan.
Amerika memperkirakan 600-800 militan ISIS di Afganistan, hampir semuanya berada di Provinsi Nangarhar. Saat ini, AS menempatkan 8.000 personel militernya di Afganistan guna melatih pasukan dan mengadakan operasi kontra-terorisme.
LOS ANGELES TIMES | CHOIRUL AMINUDDIN