TEMPO.CO, Kabul - Pusat Komando Amerika Serikat (CENTCOM) mengatakan bom terbesar non-nuklir digunakan untuk menghantam posisi pertahanan ISIS di dalam gua dan bunker di sebelah timur Afganistan.
Juru bicara Pentagon, Adam Stump, menerangkan kepada media, AS menjatuhkan bom GBU-43 pada Kamis, 13 April 2017 dari pesawat tempur MC-130 di Ditsrik Achin, Propinsi Nangarhar, dekat perbatasan Pakistan.
GBU-43 dikenal sebagai "ibu dari segala bom" yang memiliki berat 9.79 kilogram dilengkapi GPS -alat penuntun sasaran- itu diuji coba pertama kali pada Maret 2003, beberapa hari sebelum Perang Irak.
Menurut CENTCOM serangan udara ini sengaja dilakukan untuk meminimalisir risiko terhadap pasukan Afganistan dan AS yang sedang melakukan operasi pembersihan di kawasan tersebut.
Namun ledakan besar setara dengan 11 ton TNT dengan radius 1,8 kilometer itu dapat berpotensi merenggut nyawa warga sipil.
Al Jazeera dalam laporannya mengutip keterangan pejabat Afganistan, Jumat, 14 April 2017, melaporkan, bom non-nuklir yang dijatuhkan AS itu menewaskan sedikitnya 36 militan dan menghancurkan kompleks terowongan ISIS.
"Tempat persembunyian dan terowongan yang dibangun ISIS hancur dan menewaskan 36 militan ISIS," kata kantor Kementerian Pertahanan Afganistan.
Gubernur Propinsi Nangarhar, Esmail Shinwari, mengatakan, bom tersebut mendarat di kawasan Momand Dara, Distrik Achin.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN