Siti juga mengikuti tiga kali pengambilan gambar di Bandara Internasional Phnom Penh, Kamboja. Ketiganya berlangsung pada 21 Januari 2017. Ia pulang ke Kuala Lumpur keesokan harinya. Pegawai KBRI di Kuala Lumpur yang ikut dalam tim pendamping Siti menambahkan, syuting itu selalu berlangsung pada pukul dua-tiga dinihari.
Lokasinya pun dipilih di titik yang tak tertangkap CCTV. Biasanya, ia beraksi sendirian. Di tiap adegan, Siti selalu diberi cairan. Menurut pengakuan Siti, kata anggota tim pendamping itu, bau cairan tersebut bermacam-macam. Ada yang berbau seperti minyak telon, ada pula yang seperti solar. Seluruh cairan itu selalu diusapkan ke wajah target. Namun “korban” sebelumnya tak ada yang mati. “Itu sebabnya dia pede saat beraksi di KLIA 2,” ujarnya.
Baca juga: Jenazah Kim Jong-nam Akhirnya Dipulangkan ke Korea Utara
Anggota tim pendamping itu juga menyebutkan James mendampingi Siti selama beberapa kali beraksi di Kuala Lumpur. James pula yang membawa Siti ke Phnom Penh. Setiba di sana, James memperkenalkan Siti kepada anak muda bernama Chang. Pria ini diyakini bernama asli Hong Song-hac, 32 tahun. Ia salah satu pria yang kabur dari Malaysia pada hari kematian Kim Jong-nam.
Setelah perkenalan di Phnom Penh, Chang menjadi sentral dalam pengambilan gambar prank itu. Menurut pengakuan Siti, Chang fasih berbahasa Indonesia. Menurut informasi lain, Chang pernah bertugas di Kedutaan Besar Korea Utara di Jakarta. Ia pun disebut pernah menjalani kuliah singkat di Universitas Bung Karno di Cikini, Jakarta Pusat.
Baca juga: Tersangka Pembunuh Kim Jong-nam Pernah Bertugas di Indonesia
Kepada tim pendamping, Siti mengatakan Chang yang menunjuk Kim Jong-nam sebagai target mereka pada hari itu. Chang juga yang mengoleskan cairan yang disebut racun VX itu langsung ke tangan Siti. Dalam rekaman CCTV, beberapa saat sebelum aksi itu, Siti terlihat bersembunyi di balik tiang sambil sibuk menelepon.
Duta Besar Korea Utara di Jakarta, An Kwang-il, tidak merespons sejumlah pertanyaan yang diajukan Tempo hingga Jumat pekan lalu.
Wakil Rektor IV Universitas Bung Karno Teguh Santosa membantah kabar bahwa ada warga Korea Utara yang pernah mengenyam kuliah di kampusnya. Pria yang juga menjabat Sekretaris Jenderal Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Utara itu menyebutkan sering bertemu dengan warga Korea Utara yang bisa berbahasa Indonesia saat berkunjung ke Pyongyang.
“Banyak yang berlatih sendiri menguasai bahasa asing, termasuk bahasa Indonesia,” ujarnya.
TIM INVESTIGASI TEMPO
Video Terkait: Kata Siti Aisyah tentang Cara Membunuh Kim Jong-nam