TEMPO.CO, Jakarta - Siti Aisyah menjadi terdakwa kasus pembunuhan Kim Jong-nam, saudara tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. Siti yang berprofesi sebagai pemijat direkrut untuk menjalankan rancangan otak pembunuh Kim Jong-nam.
Bagaimana sampai Siti Aisyah bisa menjadi target otak pembunuh Kim Jong-nam yang diduga warga Korea Utara?
Cerita bermula pada Kamis, 5 Januari 2017, pukul 3 dinihari. Saat itu, Siti Aisyah hendak pulang dari Beach Club sendirian. Beach Club jaraknya hanya beberapa ratus meter dari Menara Kembar Petronas, Kuala Lumpur. Siti bekerja sebagai pemijat paruh waktu di Malaysia.
Sopir bernama John menyapa Siti Aisyah dan menawarkan jasa taksinya yang berwarna hitam dan putih. “Siti dan John jauh sebelumnya sudah saling kenal,” ujar salah seorang anggota tim pendamping Siti kepada tim investigasi Tempo.
Baca juga: Sidang Siti Aisyah Berlanjut Besok, Jaksa Hadirkan Bukti
Perempuan yang hanya lulus sekolah dasar itu menolak tawaran John karena telanjur memesan GrabCar dari telepon selulernya. Namun perbincangan berlanjut. John menawari Siti bertemu dengan kenalannya yang dia sebut menawarkan pekerjaan untuk Siti, dan disepakati.
Pada hari itu juga, sekitar pukul 10 pagi, John mempertemukan Siti dengan Ri Ji-u, 30 tahun, yang mengaku bernama James. Siti memperkenalkan dirinya dengan nama Nidya. Pertemuan itu berlangsung di mal dekat Menara Kembar Petronas.
Komunikasi keduanya berlangsung tidak mulus karena Siti tidak lancar berbahasa Inggris. James menyiasatinya dengan menggunakan aplikasi penerjemah di telepon seluler. Menurut Siti, dalam pengakuan kepada anggota tim yang dibentuk Kementerian Luar Negeri, James menawarinya bermain di acara televisi prank yang tengah dia garap. Tiap kali berperan dalam adegan acara lucu-lucuan itu, ia dibayar RM 400 atau sekitar Rp 1,2 juta.
Baca juga: Tiga Tersangka Pembunuh Kim Jong-nam Terbang ke Korea Utara
Dokumen kawat rahasia antara Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur dan Kementerian Luar Negeri menyebutkan Siti sudah 12 kali berperan dalam syuting itu sepanjang Januari-Februari. Surat ini berisi seluruh pengakuan Siti kepada petugas KBRI. Syuting itu dilakukan sembilan kali di tujuh lokasi di sekitar Kuala Lumpur, yaitu di KLIA 1 dan 2, Pavilion Mall, Mandarin Oriental Hotel, Double Tree Hotel, serta KL Central. Perintahnya selalu sama. Siti harus kabur setelah mengusapkan cairan ke wajah targetnya.