TEMPO.CO, Ankara - Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mengatakan, hasil investigasi negaranya menunjukkan bahwa Suriah masih memiliki senjata kimia.
Ia pun mengatakan bahwa risiko serangan senjata kimia akan berlanjut sepanjang Presiden Suriah Bashar al-Assad masih berkuasa.
Pernyataannya itu disampaikan setelah para menteri luar negeri negara-negara maju G7 setuju Turki terlibat dalam konflik Suriah sebelum Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, terbang ke Rusia untuk membujuk sekutu utama Suriah.
Pertemuan para menteri luar negeri di Italia itu digelar menyusul serangan kimia ke basis pemberontak Suriah di Kota Khan Sheikhoum, Selasa pekan lalu.
Baca: Terungkap, Jenderal Ini yang Jatuhkan Bom Sarin di Suriah
Suriah berkali-kali menolak tudingan menggunakan senjata kimia dalam serangan yang menewaskan setidaknya 86 orang, termasuk 27 anak. Menurut Suriah, senjata kimia itu justru berasal dari gudang pemberontak.
Sebuah laporan mengutip keterangan seorang pejabat senior AS yang tak bersedia disebutkan namanya mengatakan, Rusia tahu serangan kimia tersebut sebab sebuah ada jet tanpa awak alias drone terbang di atas rumah sakit di Khan Sheikhoun yang sedang merawat para korban.
Beberapa jam setelah itu, sebuah jet tempur membom rumah sakit. "Pengeboman itu untuk menutupi serangan senjata kimia," katanya kepada kantor berita Assocated Press.
Usai serangan, AS melancarkan gempuran udara melalui kapal perang di Laut Mediterania ke pangkalanudara Suriah. Dalam gempuran tersebut, AS setidaknya melesakkan 59 rudal jelajah Tomahawk.
RADIO NZ | CHOIRUL AMINUDDIN