TEMPO.CO, Washington - Amerika Serikat mengaku berhasil menghancurkan sekitar 20 persen kekuatan udara Suriah setelah menghajarnya dengan puluhan rudal Tomahawk dalam serangan udara pada Jumat pekan lalu.
"Pemerintah Suriah kehilangan kemampuan mengisi bahan bakar atau mempersenjatai kembali jet tempurnya yang mangkal di lapangan terbang Shayrat. Mereka juga tak bisa menggunakan landasan pacu yang dibutuhkan militer," kata Menteri Pertahanan Amerika James Mattis, Senin, 10 April 2017.
Seorang pejabat senior di pemerintahan Presiden Donald Trump yang tak bersedia disebutkan namanya mengatakan mereka akan terus-menerus memperbarui informasi perkembangan kerusakan lapangan terbang Suriah.
Baca: Telepon Presiden Suriah, Presiden Iran Rouhani Berikan Dukungan
Amerika menembakkan setidaknya 59 rudal jelajah Tomahawk ke pangkalan militer Suriah pada Jumat pekan lalu setelah negeri itu dituding menyerang basis oposisi di Provinsi Idlib dengan gas beracun. Akibat serangan tersebut, lebih dari 86 orang, termasuk 27 anak, tewas.
"Pemerintah Suriah keliru menggunakan senjata kimia," ucap Mattis.
Amerika mengecam Presiden Suriah Bashar al-Assad yang diduga melakukan serangan menggunakan senjata kimia. Tapi militer Suriah menolak bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Sementara itu, Rusia menyatakan Suriah hanya kehilangan enam jet Mig-23 ketika Amerika melesakkan rudalnya ke pangkalan militer Suriah.
"Hanya 23 dari 59 rudal jelajah Tomahawk yang bisa menjangkau sasaran," ucap Rusia.
Rusia berujar, kekuatan Angkatan Udara Arab Suriah mengalami sedikit kerugian dari serangan yang dilancarkan Amerika.
Suriah memiliki sedikitnya 450 jet tempur buatan Rusia yang memiliki kemampuan luar biasa di angkasa, meliputi Mig-23, Mig-25, dan Mig-29. Lebih dari seratus pesawat tempurnya dibangun untuk tujuan serangan darat, seperti menembakkan senjata kimia.
CNN | CHOIRUL AMINUDDIN