TEMPO.CO, Teheran - Iran dan Rusia mengutuk serangan militer Amerika Serikat ke Suriah pada 6 April 2017. Sebanyak 59 rudal Tomahawk ditembakkan untuk menghancurkan pangkalan angkatan udara Suriah.
"Aksi sepihak itu sangat berbahaya, destruktif dan melanggar prinsip-prinsip hukum internasional," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Ghasemi, Jumat, 7 April 2017, sebagaimana dilaporkan kantor berita ISNA.
Baca juga: Amerika Bombardi Suriah, 15 Orang Tewas 4 di Antaranya Anak-anak
Iran adalah salah satu pendukung terbesar Presiden Suriah Bashar al-Assad. Bahkan anggota para-militer Pengawal Revolusi terlibat dalam perang suadara di Suriah yang berlangsung enam tahun.
Ghasemi menguraikan, Iran penah menjadi korban terbesar penggunaan senjata kimia dalam sejarah ketika Irak menggunakan senjata kimia selama perang pada 1980-an melawan Republik Islam.
Baca juga: Senjata Utama Amerika, Satu Rudal Tomahawk Seharga Rp 11 Miliar
Dia mengatakan, Iran mengutuk serangan misil terlepas dari siapa pelaku dan korban dari penggunaan senjata kimia di Suriah, Selasa pekan lalu. Selain Iran, sekutu Suriah dekat lainnya yang mengutuk peluncuran misil AS adalah Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin yakin bahwa serangan misil dari kapal perang AS ke pangkalan militer Suriah melanggar hukum internasional dan bakal merusak hubungan Rusia-AS.
Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, mengatakan, aksi sepihak AS itu sebuah agresi terhadap kedaulatan negara dengan dalih yang dibuat-buat demi mengalihkan perhatian dunia atas pembunuhan warga sipil di Mosul, Irak.
AL ARABIYA | CHOIRUL AMINUDDIN