TEMPO.CO, Washington - Sebuah dokumen yang bocor mengungkapkan bahwa Uni Emirat Arab pada Januari lalu menjembatani pertemuan rahasia antara Amerika Serikat dan Rusia di sebuah pulau di Samudera Hindia.
Berdasarkan dokumen yang dobocorkan Washington Post pada Senin, 3 April 2017, putra mahkota Uni Emirat Arab, Sheikh Mohamed bin Zayed al-Nahyan mengatur pertemuan rahasia antara pendiri Blackwater Erik Prince dan pengusaha Rusia orang dekat Presiden Vladimir Putin untuk membangun komunikasi antara Moskow dan Presiden terpilih Donald Trump.
Baca: FBI Selidiki Persekongkolan Trump-Rusia Sejak Juli Lalu
Menurut beberapa sumber yang masing-masing berasal dari Uni Emirat Arab, Amerika Serikat dan Rusia tersebut, pertemuan itu berlangsung pada 11 Januari 2017, sembilan hari sebelum pelantikan Trump. Pertamuan berlangsung di kepulauan Seychelles, Samudra Hindia.
Pertemuan itu diduga dilangsungkan di hotel milik Zayed, di lereng bukit yang subur di pantai selatan pulau utama, menghadap Samudera Hindia. Hotel ini terselip di pantai pribadi, jauh dari jalan umum terdekat.
Meskipun belum jelas maksud dari pertemuan itu, namun seorang pejabat Amerika Serikat menyebutkan tampaknya Rusia saat itu dibujuk untuk mengurangi intensitas hubungannya dengan Iran agar sanksi dari Washington dapat efektif.
Meskipun Prince tidak memiliki peran formal dengan kampanye Trump atau tim transisi, ia menampilkan dirinya sebagai utusan tidak resmi Trump yang terlibat dalam pertemuan dengan warga Rusia yang identitasnya tetap dirahasiakan.
Prince merupakan seorang pendukung Trump. Berdasarkan informasi yang didapat, setelah konvensi Partai Republik, ia memberikan kontribusi sebesar US$ 250 ribu atau Rp 3,3 miliar untuk kampanye Trump.
Baca: Rusia Rayakan Pelantikan Donald Trump Jadi Presiden AS
Dia memiliki hubungan dengan orang-orang dalam lingkaran Trump, termasuk Stephen K. Bannon, yang kini menjabat sebagai kepala strategi presiden dan penasihat senior. Bahkan adik Prince, Betsy DeVos menjabat sebagai Menteri Pendidikan dalam kabinet Trump.
Prince dikenal sebagai pendiri Blackwater, sebuah perusahaan keamanan yang menjadi simbol pelanggaran Amerika Serikat di Irak. Termasuk pada 2007 di mana staf perusahaannya dituding membunuh warga sipil Irak.
Para pejabat Amerika Serikat mengatakan bahwa FBI juga telah meneliti pertemuan Seychelles sebagai bagian dari penyelidikan yang lebih luas dalam dugaan adanya hubungan Rusia pada pemilu presiden Negeri Paman Sam 2016.
Namun Pertemuan Seychelles yang berlangsung selama dua hari, dibantah oleh Gedung Putih
“Kami tidak mengetahui adanya pertemuan itu, dan Erik Prince tidak memiliki peran dalam tim transisi,” kata Sean Spicer, sekretaris pers Gedung Putih.
Pertemuan Seychelles terjadi setelah diskusi pribadi yang terpisah di New York yang melibatkan perwakilan Trump dengan perwakilan dari Moskow dan Uni Emirat Arab.
Gedung Putih telah mengakui bahwa Michael T. Flynn, eks penasehat keamanan nasional dan menantu Trump, Jared Kushner, bertemu dengan Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat, Sergey Kislyak, pada akhir November atau awal Desember di New York .
FBI kini tengah menyelidiki hubungan rahasia antara Rusia dan Amerika Serikat yang menguntungkan Trump terkait pemilihan presiden 2016.
WASHINGTON POST | YON DEMA