TEMPO.CO, Washington - Pasukan Koalisi pimpinan Amerika Serikat selama Maret dilaprkan lebih banyak melakukan pembunuhan terhadap warga sipil dibandingkan Rusia dan ISIS.
Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia atau SNHR menemukan bahwa ISIS di Suriah pada Maret 2017, membunuh 119 warga sipil, termasuk 19 anak-anak dan 7 perempuan. Pasukan Rusia membunuh 224 warga sipil, termasuk 51 anak-anak dan 42 wanita.
Baca juga: Sanksi untuk Suriah, Rusia dan Cina Veto Keputusan PBB
Namun kehadiran pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat yang seharusnya melindungi warga sipil, justru menewaskan lebih banyak. SNHR mencatat bahwa 260 warga sipil, termasuk 70 anak-anak dan 34 wanita tewas di tangan pasukan koalisi yang beroperasi di Suriah.
SNHR, yang memonitor korban perang Suriah dari semua pihak, mengakui jumlah riil warga sipil yang tewas dalam konflik itu bisa jauh lebih tinggi, jika tidak menemukan kesulitan dalam melacak korban.
Baca Juga:
Baca juga: Sanksi untuk Suriah, Rusia dan Cina Veto Keputusan PBB
“Angka korban didasarkan pada data yang berhasil dihimpun, meski tidak semuanya. Oleh karena itu, laporan tersebut hanya mencakup korban sipil yang tewas oleh semua pihak dan membandingkannya,” lapor SNHR, seperti yang dilansir Independent pada 3 April 2017.
Bahkan sebuah laporan dari kelompok monitoring Inggris, Airwars mengungkapkan selama Maret tahun ini saja, terdapat 1472 korban serangan udara Amerika Serikat di Irak dan Suriah. Angka itu yang tertinggi selama keikutsertaan Amerika Serikat di wilayah konflik Timur Tengah.
Airwars mengatakan, sementara semua data yang berasal dari wilayah ini harus ditangani dengan hati-hati, AS bertanggung jawab untuk 68 persen dari semua serangan udara terhadap Suriah, dan sisanya dari pasukan sekutu termasuk Inggris, yakni 32 persen.
Baca juga: Paspornya Dicabut, Nomini Oscar dari Suriah Batal ke AS
Peningkatan serangan terjadi seiring janji presiden Amerika Serikat Donald Trump yang bersumpah akan membumihanguskan ISIS. Pesawat-pesawat tempur koalisi secara dramatis meningkatkan serangan mereka terhadap ISIS di Mosul dan Raqqa. Sementara jumlah tentara Amerika Serikat di darat juga meningkat.
Pada saat yang sama, Rusia telah mengurangi serangan menyusul gencatan senjata parsial pada Desember 2016.
Donatella Rovera, Penasihat Senior Crisis Response di Amnesty International mengatakan bahwa jumlah korban sipil yang tinggi menunjukkan bahwa pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat telah gagal untuk mengambil tindakan pencegahan yang memadai untuk mencegah kematian warga sipil.
INDEPENDENT|YON DEMA