TEMPO.CO, KUALA LUMPUR—Otoritas Malaysia rupanya sempat salah mengidentifikasi jenazah Kim Jong-nam, abang tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, sebagai warga Korea Selatan.
Hal ini diungkapkan sumber dalam penyelidikan kasus pembunuhan Jong-nam kepada Reuters, Kamis 30 Maret 2017.
Karena salah mengidentifikasi, otoritas Malaysia sempat menghubungi kedutaan Korea Selatan di Kuala Lumpur setelah insiden kematiannya.
Baca: Tersangka Pembunuh Kim Jong-nam Pernah Bertugas di Indonesia
Setelah melihat paspor Jong-Nam, otoritas Malaysia keliru mengenai Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK), nama resmi Korut yang tertulis di paspor Jong-Nam. Rupanya otoritas Malaysia mengira DPRK adalah Republik Korea, yang merupakan nama resmi Korea Selatan.
Otoritas Malaysia menghubungi Kedutaan Korsel, serta mengirimkan salinan surat-surat identitas yang ditemukan pada jasad Jong-Nam. Setelah kekeliruan itu disadari, misi diplomatik Korut di Kuala Lumpur pun diberitahu soal kematian Jong-Nam.
Namun, kesalahan polisi Malaysia justru memberikan hikmah. Seoul dengan cepat memberi tahu Kuala Lumpur bahwa jasad yang sedang mereka selidiki adalah saudara tiri pemimpin Korea Utara.
Baca: Malaysia Bantah Mayat Kim Jong-nam Diterbangkan ke Korea Utara
Kebingungan mengenai kewarganegaraan Jong-Nam juga menjelaskan mengapa media Korsel-lah yang awalnya memberitakan kematian tersebut. Dalam 24 jam kematiannya, Dinas Intelijen Nasional Korsel menyampaikan kepada para anggota parlemen di Seoul bahwa Kim Jong-Nam diyakini meninggal. Setelah itu informasi tersebut dibocorkan ke media Korsel.
Jong-Nam meninggal usai diserang dua wanita di Bandara Internasional Kuala Lumpur pada 13 Februari lalu. Kepolisian Malaysia meyakini pria berumur 46 tahun itu tewas diserang racun VX, yang oleh PBB dikategorikan sebagai senjata pemusnah massal.
Dua terdakwa wanita dalam kasus ini, Siti Aisyah, 25 tahun asal Indonesia dan Doan Thi Huong, 28, asal Vietnam, didakwa dengan pasal pembunuhan dan terancam hukuman mati. Persidangan Aisyah dan Doan kembali digelar pada 13 April mendatang.
REUTERS | SITA PLANASARI AQUADINI