TEMPO.CO, Kinshasa – Otoritas Republik Demokratik Kongo menggelar penyelidikan terhadap kasus pembunuhan dua peneliti Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam kekerasan yang kian marak di negara tersebut.
“Begitu mereka menghilang, hakim militer melakukan penyelidikan, yang kini dipercepat seusai penemuan jenazah,” kata juru bicara pemerintah, Lambert Mende, seperti dilansir AFP, Kamis, 30 Maret 2017.
Baca: Dua Pakar PBB Tewas Misterius, Guterres: Kami Akan Selidiki
Michael Sharp asal Amerika Serikat dan Zaida Catalan, warga negara Swedia-Cile, diculik di daerah konflik Kasai pada 12 Maret bersama empat warga negara Kongo.
Jenazah mereka ditemukan di sebuah pemakaman pada Selasa, 28 Maret 2017, dalam kondisi mengenaskan. Bahkan salah satu korban ditemukan dalam kondisi dipenggal.
Tekanan dari komunitas internasional terus mengalir untuk mendesak pemerintah RD Kongo agar menuntaskan konflik, dan Dewan Keamanan PBB akan menggelar pemungutan suara guna memutuskan pengerahan pasukan penjaga keamanan ke negara di kawasan Afrika tengah tersebut.
Kasai, daerah penghasil berlian, dilanda aksi kekerasan sejak kepala suku Kamwina Nsapu tewas pada Agustus 2016.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan bahwa badan dunia tersebut akan melakukan segala upaya untuk menegakkan keadilan atas peristiwa tragis ini.
“Jenazah dua pakar PBB itu akan dipindahkan dari Ibu Kota Kasai, Kananga, ke Kinshasa sebelum dikirim ke negara mereka,” kata Charles-Antoine Bambara, juru bicara misi PBB MONUSCO.
Kedua penyelidik ini sengaja dikirim ke Kongo untuk menyelidiki dampak sanksi PBB sebagai akibat dari kisruh politik nasional.
AFP | NEW VISION | SITA PLANASARI AQUADINI