TEMPO.CO, SANAA—Puluhan ribu warga Yaman berunjuk rasa di ibu kota Sanaa untuk memperingati dua tahun perang yang berkecamuk di negara paling miskin di wilayah Arab itu.
Seperti dilansir Al Jazeera, Senin 27 Maret 2017, unjuk rasa yang digelar oleh kelompok oposisi Syiah Houthi mendesak agar intervensi militer koalisi Arab Saudi segera dihentikan.
Baca juga:
Baca: Lagi, Serangan Udara Saudi Tewaskan Perempuan dan Anak Yaman
Massa berkumpul di Lapangan Sabeen, sambil mengibarkan bendera negara dan berteriak “Melawan hingga akhir.”
"Saya ikut unjuk rasa ini melawan agresi koalisi Saudi. Semoga suara kami akan terdengar dunia sehingga perang akan berakhir,” kata Ahmed Mohsen, salah satu demonstran kepada The Associated Press.
Sejumlah saksi mata menyebut aksi ini merupakan yang terbesar sejak perang pecah. Setidaknya 100 ribu orang hadir dalam unjuk rasa itu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan lebih dari 10 ribu warga Yaman tewas, separuh diantaranya warga sipil, akibat perang yang dimulai pada Maret 2015.
Baca: Warga Yaman Cari Makanan di Tempat Sampah demi Bertahan Hidup
Konflik ini juga menyebabkan jutaan penduduk kehilangan tempat tinggal dan mayoritas menghadapi ancaman kelaparan.
Perang ini terjadi antara pasukan yang loyal terhadap Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi dan kelompok oposisi Houthi.
Houthi memperoleh dukungan dari bekas diktator Ali Abdullah Saleh, yang menyerahkan kekuasaan kepada Hadi pada 2012.
Saleh yang jarang tampil ke hadapan publik menyempatkan diri untuk hadir dalam aksi protes tersebut.
Saleh al-Samad, ketua pemerintahan bersama yang melibatkan Houthi dan partai Saleh, GPC, memberikan pidato di hadapan massa. “Pertempuran masih akan sengit, dan belum akan berakhir hingga kebenaran dan keadilan menang.”
Hadi sendiri terguling ketika pasukan Houthi menguasai ibu kota Sanaa pada September 2014.
Pasukan pro-Hadi berusaha menguasai wilayah tetapi hingga kini kelompok pemberontak masih menguasai Sanaa dan pelabuhan di wilayah selatan.
Perang semakin panas ketika sebagian besar negara Arab Sunni di bawah komandi Arab Saudi menyerang Yaman karena khawatir Iran bakal bekerja sama dengan Houthi.
Sejumlah lembaga hak asasi manusia dan PBB melaporkan koalisi Saudi telah menewaskan 80 persen warga sipil Yaman dengan serangan udara.
Sedangkan Houthi dituduh memblokir pasokan bantuan kemanusiaan sehingga banyak warga tak memiliki akses terhadap makanan dan obat-obatan.
Emma O'Leary dari Dewan Pengungsi Norwegia kepada Al Jazeera mengatakan kondisi warga sipil Yaman saat ini di luar batas kemanusiaan.
“Kami berusaha membantu mengatasi krisis, tapi perang emmang harus dihentikan,” ujar dia dari Sanaa.
Sejumlah perundingan yang digelar PBB di Swiss dan Kuwait hingga kini belum menghasilkan kesepakatan untuk mengakhiri konflik Yaman.
BBC | AP | AL JAZEERA | SITA PLANASARI AQUADINI