TEMPO.CO, Jakarta - Pemberontak membunuh sedikitnya 40 polisi di Republik Demokratik Kongo, Sabtu, 25 Maret 2017. Peristiwa ini salah satu serangan paling mematikan terhadap pasukan keamanan sejak munculnya kekerasan di negeri Afrika itu akhir tahun lalu.
Sebagaimana dilaporkan Al Jazeera, Ahad, 26 Maret 2017, milisi Kamwina Nsapu membunuh hampir seluruh petugas kepolisian pada Sabtu, 25 Maret 2017. Mereka hanya menyisakan hamba hukum yang bisa berbicara bahasa lokal.
"Mereka menyerbu markas kepolisian ketika dalam perjalan dari Tshikapa menuju Kananga," kata Ambrose Muwasa, pejabat senior kepolisian setempat, kepada kantor berita Turki, Anadolu.
"Setelah menangkap petugas, mereka mulai menghabisi nyawa korban satu per satu dan hanya menyisakan enam polisi yang bisa berbahasa Tshiluba," katanya.
Corneil Mbombo, Presiden Masyarakat Sipil Kasai, mengatakan kepada kantor berita Reuters, para begundal bersenjata tersebut memenggal kepala 40 petugas keamanan. Para milisi itu kemudian kabur dengan kendaraan dan membawa senjata milik polisi.
Para pemberontak tersebut bertempur melawan pasukan Kongo sejak Agustus 2016 ketika pasukan keamanan membunuh pemimpin mereka, Kamwina Nsapu. Sejak itu, kekerasan merebak kelima provinsi sekaligus menjadi ancaman bagi pemerintah Presiden Joseph Kabila.
Menurut data yang dimiliki oleh PBB, lebih dari 400 orang tewas terbunuh di Kongo. Adapun organisasi hak asasi manusia memperingatkan militer agar tidak terlalu jauh menggunakan kekuatan senjata guna menghadapi pemberontak.
Beberapa kuburan massal yang ditemukan oleh organisasi hak asasi manusia internasional dan lokal diduga berisi mayat para milisi.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN