TEMPO.CO, Manila - Abu Sayyaf, milisi Filipina kembali menculik beberapa awak kapal kargo di perairan selatan negara itu pada Kamis, 23 Maret 2017. Penculikan terjadi beberapa jam setelah tentara Filipina menyelamatkan dua warga Malaysia yang telah disekap selama delapan bulan di sebuah pulau di wilayah selatan negara itu.
Seperti yang dilansir Channel News Asia pada 23 Maret 2017, kapal kargo tersebut sedang dalam perjalanan ke General Santos City di selatan Pulau Mindanao setelah berlayar dari perairan di Filipina tengah, sebelum akhirnya dicegat oleh sekelompok orang bersenjata.
Baca juga: 3 Negara ASEAN Segera Buat SOP untuk Tumpas Abu Sayyaf
"Dua awak Filipina, kapten kapal dan lepala teknisi mesin ditangkap," kata Letnan Komandan Alvin Dagalea. "Belum pasti siapa yang bertanggung jawab, tapi kami memiliki alasan untuk percaya bahwa Abu Sayyaf berada di belakang serangan itu."
Penculikan itu terjadi setelah tentara Filipina menyelamatkan dua warga Malaysia dari cengkraman milisi di perairan Pulau Pata, kepulauan Sulu pada Kamis pagi waktu setempat.
Komandan Komando Militer Mindanao Barat, Mayor Jenderal Carlito Galvez Jr mengatakan dua tawanan Malaysia yang diselamatkan tersebut diculik oleh Abu Sayyaf pada Juli tahun lalu dari negara bagian Malaysia, Sabah.
Baca juga: Ingin Hidup Damai, 11 Anggota Abu Sayyaf Serahkan Diri
"Saat diselamatkan keduanya dalam kondisi lemah dan sakit-sakitan," kata Galvez.
Abu Sayyaf, yang berbasis di selatan Filipina, terkenal karena kerap melakukan aksi penculikan, pemenggalan kepala, pengeboman dan pemerasan.
Presiden Rodrigo Duterte telah memohon bantuan pemerintah daerah di wilayah selatan negara itu untuk menghadapi militan dan mengancam untuk memberlakukan darurat militer di sana jika masalah ini tidak segera ditangani.
Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana bahkan telah mengeluarkan pernyataan bahwa aksi penculikan oleh Abu Sayyaf sebagai tragedi yang mempermalukan bangsa Filipina. Untuk itu, ujar Lorencana, perlu tindakan khusus untuk mengatasinya.
Sejak presiden Duterte berkuasa pada 30 Juni 2016, jumlah penculikan oleh Abu Sayyaf yang telah meyatakan berafiliasi dengan ISIS meningkat menjadi 31 dari 18 kasus. Beberapa korban penculikan telah dieksekusi mati karena tidak segera membayar uang tebusan.
CHANNEL NEWS ASIA | YON DEMA