TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Kasus pembunuhan kakak tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, masih penuh misteri. Delegasi Korea Utara yang dipimpin mantan wakil duta besarnya untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ri Tong-il, menegaskan bahwa Kim Jong-nam yang disebutnya Kim Chol meninggal dunia karena serangan jantung. “Dia sedang menjalani perawatan. Dalam kondisi normal, dia tidak boleh bepergian tanpa obat sakit jantung, juga diabetes dan tekanan darah tinggi,” kata Tong-il kepada pers, Kamis 2 Maret 2017.
Tong-il secara khusus dikirim Pyongyang untuk meminta agar jasad Jong-nam dipulangkan karena memiliki paspor diplomatik. Otoritas Malaysia juga masih menyebut Jong-nam sebagai Kim Chol. Nama itu sesuai dengan paspor yang ditemukan pada pria Korea Utara yang tewas setelah disergap dua perempuan di Bandara Internasional Kuala Lumpur 2 pada 13 Februari 2017. Intelijen Korea Selatan dan media meyakini Kim Chol adalah Jong-nam.
Baca: Jalani Sidang Kasus Kim Jong-nam, Ini Pesan Siti Aisyah
Kementerian Kesehatan Malaysia menyimpulkan Jong-nam tewas akibat racun saraf VX, yang diusapkan dua terdakwa di Bandara KLIA 2 saat itu. Dua terdakwa, Siti Aisyah, 25 tahun, warga Serang, Banten, dan wanita Vietnam, Doan Thi Huang, 29 tahun, telah didakwa membunuh dan bersekongkol, dengan ancaman hukuman mati, Rabu lalu.
Di luar Kedutaan Besar Korea Utara di Kuala Lumpur, Kamis 2 Maret 2017 kemarin, Tong-il mempertanyakan laporan toksikologi yang mengidentifikasi racun saraf VX sebagai penyebab kematian Jong-nam. “Siapa pun yang terpapar material ini lewat udara akan mati. Ada puluhan ribu orang di bandara, tapi tidak ada satu penumpang pun yang terkontaminasi,” kata dia.
“Dan jika benar, maka sampel material racun saraf itu harus dikirim ke pakar kimia internasional dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia,” dia menambahkan. Menurut dia, Malaysia juga harus mengidentifikasi siapa yang membuat racun itu. Aparatur Malaysia juga harus melacak para pembawa dan memberikannya kepada kedua tersangka pelaku.
Baca: Kasus Siti Aisyah, Indonesia Ingatkan Malaysia Konvensi Wina
Sebelumnya, kantor berita resmi pemerintah Korea Utara, Korean Central News Agency (KCNA) menuding Korea Selatan dan Amerika Serikat yang telah membunuh Jong-nam. “Semua negara telah memusnahkan bahan kimia tersebut, yang menjadi masalah adalah AS malah memperkenalkan semua jenis senjata kimia kepada Korea Selatan,” KCNA menuding. Buku Putih Pertahanan Korea Selatan memperkirakan Korea Utara masih memiliki sekitar 3.000–5.000 ton senjata kimia.
NEW STRAIT TIMES | YONHAP | NATALIA SANTI