TEMPO.CO, Bangkok- Pasukan keamanan Thailand mengepung kuil Budha terbesar di negara itu, Dhammakaya, untuk menangkap Phra Dhammachayo, biksu paling berpengaruh yang dituduh terlibat dalam kasus pencucian uang.
Dengan partai politik dan banyak aktivis yang dibungkam sejak kudeta tahun 2014, skandal kuil Dhammakaya adalah salah satu kasus yang sangat hati-hati diselidiki junta, mengingat vihara itu memiliki jutaan pengikut.
Baca juga:
Mabuk dan Robek Bendera Thailand, Dua Warga Italia Ditahan
Thailand Tunda Pemilu hingga 2018
"Pihak berwenang telah memulai operasi pencarian mencari tersangka dengan perintah penangkapan," kata Paisit Wongmuang, Kepala Departemen Investigasi Khusus, seperti yang dilansir Channel News Asia pada 16 Februari 2017.
Pengepungan oleh polisi dan tentara Thailand tersebut dilakukan beberapa jam setelah Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha menggunakan wewenangnya untuk memerintahkan penangkapan, pencarian, penghancuran atau melakukan apa saja untuk menangkap Phra Dhammachayo.
Phra Dhammachayo merupakan mantan kepala biara berusia 72 tahun yang menghadapi tuduhan konspirasi untuk mencuci uang dan menerima barang curian, serta mengambil alih tanah secara tidak sah untuk membangun pusat meditasi.
Perintah penangkapan dikritik sebagai kontroversial dan membuat Thailand terpecah belah dengan menembus segala aspek kehidupan, termasuk agama Budha yang dianut sekitar 95 persen penduduk Thailand.
Meskipun biksu Dhammakaya tidak memiliki afiliasi politik terbuka, biksu secara luas diyakini telah memiliki hubungan dengan mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra, yang digulingkan pada tahun 2006.
Dalam penggerebekan itu, ribuan polisi berpakaian hitam dan personil lengkap dengan seragam tempur mengepung kompleks kuil seluas 400 hektar atau 10 kali lebih luas dari Kota Vatikan.
Para biksu penghuni kuil Dhammakaya melawannya dengan diam sambil bermeditasi di tanah dalam doa.
Sebenarnya polisi Thailand telah berusaha mengepung kuil Dhammakaya, namun tidak pernah berhasil. Mereka mengatakan operasi bisa berakhir segera jika para biarawan bekerja sama.
Phra Sanitwong Wuttiwangso, Humas vihara termegah di negeri Gajah Putih tersebut mengatakan bahwa para biksu sebenarnya ingin untuk bekerja sama. "Tapi aku tidak bisa memaksa umat yang berdoa untuk memberikan jalan bagi pasukan keamanan," katanya.
Phra Sanitwong mengatakan bahwa biksu tidak pernah terlihat sejak Mei lalu dan tidak memenuhi panggilan polisi karena dia sakit parah.
CHANNEL NEWS ASIA|REUTERS|YON DEMA