TEMPO.CO, Sydney - Gereja Katolik Australia membayar 276 juta dolar Australia atau setara Rp 2,8 triliun sebagai kompensasi, pengobatan dan biaya lain untuk ribuan korban kejahatan seksual terhadap anak dalam kurun waktu 35 tahun terakhir.
Hal tersebut dimuat dalam sebuah laporan yang dirilis The Guardian, Kamis, 16 Februari 2017.
Laporan itu menyebutkan bahwa masing-masing korban akan mendapat rata-rata Aus$ 91 ribu berdasarkan hasil komisi penyelidikan pelecehan Australia.
Baca: Australia Ungkap Ribuan Anak Dilecehkan Pastor Katolik
Kompensasi dan pembayaran oleh Gereja Katolik Australia ini diberikan kepada 3.066 orang dari 4.445 klaim pelecehan seksual anak antara 1980 dan 2015.
Christian Brothers, yang mengoperasikan sejumlah fasilitas asrama sekolah, melakukan pembayaran terbesar kepada 763 korban, dengan total Aus$ 48,5 juta.
Pengacara yang mewakili komisi perlindungan anak-anak dari kejahatan seksual Australia, Gail Furness, mengatakan bahwa rata-rata terdapat keterlambatan selama 33 tahun antara dugaan pelecehan seksual dan tuduhan yang diajukan terhadap gereja.
"Sepengetahuan Komisi, banyak korban menghadapi hambatan yang menghalangi mereka untuk melaporkan tindakan kekerasan kepada pihak berwenang dan lembaga di mana pelecehan itu terjadi," kata Furness, seperti dilansir Guardian.
Komisi Royal adalah lembaga bentukan pemerintah Australia yang mampu memaksa orang untuk bersaksi dan merekomendasikan perubahan legislatif serta melakukan tuntutan pidana.
Penyelidikan dilakukan sejak 2013 dan sedang menyelidiki pelecehan seksual anak di organisasi keagamaan, pemerintah dan olahraga.
Mereka yang mendapat kompensasi terutama berhubungan dengan pelecehan antara tahun 1950 dan 1989. Namuni insiden paling awal disebut terjadi pada 1920, sedangkan kasus terbaru setelah 2010.
Hampir setengah klaim yang dituduhkan kepada otoritas gereja terjadi di sekolah asrama atau seminari.
Jumlah tertinggi klaim pelecehan, sebanyak 219 kasus, terjadi di asrama sekolah yang dikelola oleh De La Salle Brothers di Beaudesert, Queensland.
Laporan itu didasarkan pada analisis data yang disimpan oleh otoritas Gereja Katolik.
Tahun lalu, salah satu pimpinan senior Gereja Katolik Australia, Kardinal George Pell mengatakan gereja telah membuat "kesalahan besar" dan "bencana" dengan menolak untuk percaya anak-anak yang dilecehkan, memindahkan imam cabul dari paroki ke paroki dan lebih-mengandalkan konseling imam untuk memecahkan masalah.
CHANNEL NEWSASIA | THE GUARDIAN | YON DEMA