TEMPO.CO, New Delhi - Seorang wanita lanjut usia (lansia) di India duduk di dalam sebuah ruangan kelas. Ia berusaha keras untuk bisa menuliskan namanya pada secarik kertas. Senyum puas di wajahnya ketika dia berhasil menyelesaikan tugas tersebut. Impiannya selama 90 tahun menjadi nyata.
"Sepanjang hidupku aku telah buta huruf. Aku merasa tidak menjadi manusia seutuhnya. Orang tua saya terlalu miskin untuk menyekolahkan saya. Sekarang aku dapat meninggal dalam keadaan tenang karena tahu aku bisa menulis nama sendiri," kata Ansuya Deshmukh.
Baca juga:
Duh, Lebih dari 150 Cacing Hidup di Usus Wanita India Ini
'Meninggal' 40 Tahun Lalu, Vilasa Muncul Lagi di Keluarganya
Unik, Cara India Bangkitkan Patriotisme
Deshmukh adalah murid tertua di kelasnya. Usianya 90 tahun. Ia satu dari sekian lansia yang belajar di sebuah sekolah di India yang dikhususkan bagi kaum tua renta. Setiap hari Deshmukh diantar oleh cucunya yang paling muda ke sekolah lansia Aajibaichi Shala di Phangane, Thane, India barat.
Sekolah itu dibangun dengan tujuan untuk memberdayakan perempuan tua dan mematahkan stereotip. Sekolah yang dibangun sejak 11 bulan lalu tersebut menampung puluhan lansia berusia di atas 60 tahun, yang sama sekali tidak pernah bersekolah untuk diajarkan membaca dan menulis.
Sekolah itu dibangun oleh Yogendra Bangar, 40 tahun, seorang guru di sekolah dasar desa tersebut. Idenya datang ketika ia mengikuti sebuah acara perayaan keagamaan. Saat pejabat daerah membacakan kitab suci, seorang wanita tua berkata: "Jika kita tahu bagaimana cara membaca, kita bisa membaca kitab suci sendiri di rumah bukan orang lain melakukannya untuk kita."
Bangar yang mendengarkan ucapan orang tua itu kemudian menyadari bahwa tidak ada yang pernah memikirkan untuk melakukan sesuatu untuk wanita tua di desa.
"Mereka adalah istri dan ibu rumah tangga, mereka telah banyak berbuat untuk mengubah seseorang menjadi lebih baik, tapi tidak ada yang memikirkan apapun untuk keinginan mereka," kata Bangar, seperti yang dilansir Sydney Mornig Herald pada 3 Februari 2017.
Alasan yang lain untuk membuka sekolah yang dibangun di dalam lingkungan sekolah dasar desa itu, pada dasarnya adalah untuk mengajarkan anak untuk menghormati orang tua.
Sekolah yang didirikan Bangar dibuka dari Senin sampai Jumat, yakni dari pukul dua sore hingga pukul empat sore. Para nenek tersebut datang ke sekolah dengan mengenakan seragam sari berwarna merah jambu dan tas berisi alat tulis mereka.
Pemilihan warnah cerah untuk nenek yang rata-rata adalah janda tersebut bertujuan untuk melawan stigma masyarakat India. Selama ini janda diwajibkan mengenakan sari putih sebagai lambang duka.
Kehadiran sekolah Bangar tersebut didukung oleh hampir semua masyarakat di desa tersebut. Bahkan badan amal lokal memberikan bantuan.
SYDNEY MORNING HERALD|YON DEMA