TEMPO.CO, Kabul - Warga di Nangarhar, Afghanistan, dalam beberapa waktu belakangan ini terpaksa harus mendengar laporan dan doktrin dari sebuah radio yang dioperasikan oleh kelompok ekstrimis ISIS.
Ketika hari telah menjelang malam, orang-orang akan memanfaatkan lampu jalan untuk duduk berkumpul sekdar bermain kartu dan berdiskusi sambil ditemani suara dari radio Voice of Khilafah. Sebuah program yang disiarkan oleh ISIS dari stasiun radio yang dibajaknya beberapa waktu lalu.
Baca juga:
Radio ISIS di Afganistan Dihancurkan Jet Tempur Amerika
ISIS Masuki Afganistan Rekrut Eks Milisi Taliban
"Allah menyukai orang-orang mujahidin yang berperang di jalan Allah," kata penyiar, yang mendesak orang muda untuk bergabung dengan ISIS. "Akan ada negara Islam, rezim Syariah murni di seluruh dunia."
Beberapa tahun yang lalu radio Qalam FM di frekuensi 90,7 FM biasanya menyiarkan lagu, talkshow agama dan program-program sosial yang berfokus pada topik mulai dari pertanian dan kesehatan. ISIS meledakkan stasiun radio itu dan mengambil alih frekuensinya.
ISIS kemudian menyiarkan propaganda penyerangan yang disertai upaya selama beberapa tahun untuk menyebarkan pengaruh dari Timur Tengah ke Asia Selatan dan Tengah. ISIS baru mampu mengambil alih daerah yang relatif kecil dari Afghanistan, yakni Provinsi Nangarhar.
Seperti yang dilansir IRIN News pada 31 Januari 2017, kini pengaruh kelompok teroris itu telah membentang lebih jauh, sedikit banyaknya mereka dibantu dengan propaganda dari radio tersebut.
Radio sangat penting kegunaannya, karena sejauh ini merupakan media yang paling diminati di Afghanistan karena tingkat buta huruf yang tinggi.
Warga sekitar mengaku awalnya mereka hanya mendengar radio untuk mengetahui perkembangan perang, namun tidak sedikit yang terpengaruh dan mulai mengikuti ISIS.
Siaran pertama pada malam hari biasanya untuk mengabarkan tentang kemenangan ISIS di Suriah, Afghanistan, dan Irak. Program kedua yang dibawakan oleh Firdoas Bahar, mantan profesor sastra Pashto, berisi retorika untuk menyerang Taliban dan pemerintah. Lalu sesekali diselingi dengan musik yang liriknya berisi pesan ekstrim, lalu doktrin dari anggota ISIS di Suriah dan Irak, dan wawancara dengan tawanan ISIS.
Selain Bahar, kaum intelektual lainnya yang berhasil dipengaruhi ISIS adalah Sultan Aziz Azam, seorang jurnalis dan penyair yang populer di Jalalabad, ibukota provinsi Nangarhar.
Ahmad Ali Hazrat, Kepala dewan provinsi Nangarhar mengatakan bahwa motivasi warganya ketika bergabung dengan ISIS, termasuk kebencian terhadap Taliban, yang mungkin telah membunuh teman dan keluarga mereka, serta kemiskinan dan pengangguran.
Selain radio untuk menyasar golongan pemuda buta huruf dan miskin di pedesaan, ISIS juga menggunakan media sosial untuk merekrut anggota dari kalangan menengah ke atas.
"Sebagian besar perekrutan dilakukan melalui WhatsApp, Facebook, Viber dan lainnya. Sebagian besar, mereka menargetkan remaja Afghanistan yang berada di sekolah dan universitas serta daerah perkotaan," kata seorang wartawan.
Kebanyakan orang yang bergabung dengan ISIS tidak dapat keluar lagi, mereka tidak akan berani untuk melarikan diri.
IRIN NEWS|YON DEMA