TEMPO.CO, New York - Duta Besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Nikki Haley, menyalahkan Rusia menyusul konflik terbaru di Ukraina timur.
Seperti dilansir Reuters, Jumat, 3 Februari 2017, Halley mengancam tidak akan mencabut sanksi terhadap Rusia hingga Moskow mengembalikan Crimea kepada Kiev.
"Saya sangat prihatin karena pidato pertama saya untuk mengutuk agresi Rusia,” kata Haley dalam pidato perdana di hadapan Dewan Keamanan PBB pada Kamis kemarin.
Baca: Ukraina-Rusia Perang Terbuka, 13 Orang Tewas
Bekas Gubernur Carolina Selatan ini dilantik sebagai perwakilan Amerika untuk PBB bulan lalu.
"Seharusnya tidak begini. Kami menginginkan hubungan yang lebih baik dengan Rusia. Tapi semakin memburuknya kondisi di Ukraina timur membuat kami harus menyatakan kecaman keras atas tindakan Rusia.”
Haley juga memastikan sanksi terhadap Rusia masih akan dipertahankan selama konflik di Ukraina timur dan pencaplokan Crimea tiga tahun lalu tidak segera diselesaikan.
"Crimea adalah bagian dari Ukraina. Sanksi terkait dengan Crimea akan terus berlanjut selama Rusia masih menguasai Semenanjung Ukraina."
Amerika dan negara-negara Barat menerapkan sanksi setelah Rusia mencaplok Crimea pada 2014 dan Moskow mendukung kelompok separatis di Ukraina timur.
Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin, tetap menyambut hangat Haley meski mengecam negaranya dalam pidato perdana.
"Pertemuan kami cukup hangat mengingat situasi dan masalah yang dibicarakan,” ujar Churkin kepada wartawan.
Churkin berharap hubungan kedua negara semakin membaik setelah Donald Trump menjabat Presiden Amerika menggantikan Barack Obama.
Trump kerap memuji Presiden Rusia Vladimir Putin dan menegaskan keinginannya memperbaiki hubungan kedua negara yang memburuk selama pemerintahan Obama.
Ukraina dan Rusia terlibat perang terbuka di perbatasan kedua negara di Ukraina timur pada Ahad lalu. Konflik senjata ini mengakibatkan sedikitnya 13 orang tewas.
Kedua negara saling menuding mengenai siapa yang lebih dulu menembakkan senjata berat sehingga membuyarkan gencatan senjata yang pernah diteken dua tahun lalu.
REUTERS | YAHOO NEWS | SITA PLANASARI AQUADINI