TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump membuka peluang adanya keringanan sanksi bagi Rusia. Trump mengatakan sanksi bisa dikurangi dengan imbal balik kesepakatan soal penanganan senjata nuklir.
"Ada sanksi terhadap Rusia, mari lihat apakah kita bisa membuat beberapa kesepakatan dengan Rusia. Saya pikir seharusnya ada lebih sedikit senjata nuklir dan mereka harus menguranginya secara signifikan. Itu salah satu bagian (dari kesepakatannya)," kata Trump seperti dilansir dari CNN, Senin, 16 Januari 2017.
Pernyataan ini dibuat Trump wawancara bersama media Jerman, Bild, yang dipublikasikan pada Ahad, 15 Januari 2017. Selain membahas sanksi terhadap Rusia, Trump juga mempertanyakan eksistensi NATO, yang dinilainya telah usang.
Amerika Serikat dan Uni Eropa sebelumnya telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia karena telah merampas daerah Crimea dari Ukraina pada 2014. Sanksi itu diperpanjang selama enam bulan sejak Desember 2016 lalu.
Menanggapi pernyataan Trump, pihak Rusia mengatakan permasalahan sanksi itu belum dibahas. "Sanksi bukan merupakan pertanyaan dalam agenda kami, baik secara internal, ataupun dalam diskusi dengan partner internasional kami."
Dalam wawancara itu, Trump banyak membahas terkait isu politik negara lain. Selain NATO dan Rusia, kebijakan Jerman terhadap para pengungsi juga dia kritik. Trump bahkan membahas konflik di Timur Tengah.
Dalam topik itu, Trump mengatakan menantunya, Jared Kushner, bisa menjadi sosok penengah untuk mencari solusi konflik berkepanjangan. Kushner diketahui telah ditunjuk Trump sebagai penasihat senior presiden.
"Kamu tahu, Jared adalah orang yang baik. Dia akan membuat kesepakatan Israel yang semua orang tak bisa lakukan. Kau tahu, dia memiliki bakat alami, dia luar biasa, dia berbakat alami," kata Trump.
Pernyataan Trump sontak mendapat kecaman beberapa pihak. enteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry menilai pernyataan itu tidak pantas dikeluarkan Trump.
EGI ADYATAMA