TEMPO.CO, TAIPEI—Taiwan mengerahkan jet tempur dan kapal perangnya setelah kapal induk Cina, Liaoning, beserta armada tempurnya melintasi Selat Taiwan, Rabu 11 Januari 2017.
Insiden ini menambah ketegangan antara Beijing dan Taiwan yang selama ini diakui sebagai wilayah Cina.
Seperti dilansir Reuters, kapal induk buatan Uni Sovyet itu kembali menuju Cina setelah melakukan latihan perang di Laut Cina Selatan.
Kementerian Pertahanan Taiwan menyatakan dalam perjalanan tersebut, kapal induk Liaoning memang tidak memasuki perairan teritorial Taiwan.
“Tapi mereka memasuki zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) di barat daya Taiwan,” demikian pernyataan Chen Chung-chi, juru bicara kementerian.
Taiwan langsung bertindak dengan mengirim jet tempur dan kapal perangnya untuk mengawasi dan mengendalikan jalur kapal Cina yang melintai laut sempit di antara kedua negara.
Otoritas Taiwan kemudian mendesak Beijing untuk melanjutkan dialog dengan Taipei, setelah saluran komunikasi resmi dihentikan oleh Beijing sejak Juni lalu.
”Saya ingin menekankan pemerintah kita memiliki kemampuan yang cukup untuk melindungi keamanan nasional kita. Tidak perlu terlalu panik,” ujar Chang Hsiao-yueh, Menteri Dewan Urusan Daratan Taiwan saat menjawab pertanyaan wartawan soal pergerakan kapal induk Liaoning.
”Di sisi lain, setiap ancaman tidak akan menguntungkan hubungan lintas-Selat”.
Pada akhir pekan lalu, pesawat pengebom Cina terbang di sekitar kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan yang menjadi rebutan Cina dan beberapa negara.
Negara Tirai Bambu mengklaim hampir seluruh perairan Laut Cina Selatan yang memiliki kekayaan sumber daya alam hingga US$ 5 triliun. Perairan dengan salah satu lalu lintas terpadat di dunia ini juga diperebutkan oleh negara-negara lain seperti Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Taiwan.
REUTERS | CHANNEL NEWSASIA | SITA PLANASARI AQUADINI
Baca:
Kesal, Trump Silakan Cina Simpan Drone yang Disimpan