TEMPO.CO, Washington - Amerika Serikat memasukkan nama Jemaah Ansharut Daulah (JAD), Aman Abdurrahman, dan Bachrumsyah dalam daftar teroris global setelah ketiganya diketahui berjanji setia kepada kelompok teroris global, ISIS.
Kementerian Luar Negeri Amerika dalam pernyataannya yang dirilis pada Selasa, 10 Januari 2017, menyatakan JAD yang mendalangi serangan teror terbuka di kawasan Sarinah, Jakarta, pada 14 Januari 2016, telah diberi label sebagai Teroris Global Khusus yang Dipantau.
"JAD merupakan kelompok teroris yang berbasis di Indonesia, yang didirikan pada 2015 dan terdiri dari hampir puluhan kelompok ekstremis Indonesia yang berjanji setia pada pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi," kata Kementerian Luar Negeri Amerika, seperti dilansir Washington Post pada 10 Januari 2017.
Berita terkait:
Ali Fauzi Sebut Tiga Orang Ini Playmaker Teroris Saat Ini
Begini Cara Bahrun Naim dan Aman Abdurrahman Berkomunikasi
ISIS Bersumpah Hancurkan Kabah Jika Kuasai Mekah
Dengan penetapan JAD sebagai kelompok teroris global, Amerika dapat mengambil tindakan penegakan hukum terhadap kelompok itu di tengah-tengah ancaman ISIS yang semakin meningkat di Asia Tenggara.
Kementerian Keuangan Amerika juga mengumumkan, pada hari yang sama, dua warga Indonesia, yaitu Aman Abdurrahman dan Bachrumsyah, telah ditambahkan ke daftar Warga Khusus Ditetapkan (SDN). Sebab, kedua warga Indonesia itu telah berikrar setia kepada ISIS.
Langkah itu akan membuat aset kedua orang itu diblokir. Selain itu, perusahaan dan warga Amerika dilarang berurusan dengan Aman Abdurahman dan Bahrumsyah. Aman dikatakan mengarahkan serangan teror di kawasan Sarinah, Jakarta, pada 14 Januari 2016 yang menewaskan delapan orang, termasuk empat militan.
Aman saat ini menjalani hukuman di penjara Indonesia dan dikatakan menjadi pemimpin JAD, salah satu jaringan teror Jemaah Islamiyah (JI).
Bachrumsyah kini berada di Suriah setelah Baghdadi menunjuknya untuk memimpin batalion tempur asing dari Asia Tenggara yang bergabung dengan ISIS di Timur Tengah.
Amerika telah memasukkan militan lain dari Indonesia dalam daftar pemantauan teroris, termasuk Hambali, mantan pemimpin Al-Qaeda yang ditahan di Teluk Guantanamo sejak 10 tahun lalu; pemimpin JI, Abu Bakar Bashir; dan Santoso dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang ditembak mati pasukan keamanan Indonesia dalam operasi Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah, tahun lalu.
WASHINGTON POST|NEWS.COM.AU|YON DEMA