TEMPO.CO, Dili - Timor Leste dan Australia sepakat melakukan negosiasi ulang perjanjian perbatasan maritim yang telah membuat buruk hubungan kedua negara selama ini.
Selama bertahun-tahun, Dili berusaha menegosiasikan kembali kesepakatan terkait dengan perbatasan maritim yang mengandung gas dan minyak senilai sekitar US$ 40 miliar atau sekitar Rp 534 triliun. Sebaliknya, Australia tetap berpegang pada kesepakatan awal bahwa negosiasi ulang akan dilakukan 50 tahun dari waktu penandatanganan awal.
Baca Juga:
Perjanjian itu termasuk membahas bagaimana minyak dan gas yang dikandung di Laut Timor harus dibagi. Dalam perjanjian itu, sistem pembagiannya adalah 50-50. Namun Timor Leste menganggapnya tidak adil dan ingin mendapatkan bagian yang lebih besar. Hal itu lantas ditolak Australia. Sejak itu, hubungan kedua negara memburuk. Pada 2016, Timor Leste membawa sengketa itu ke Pengadilan Tetap Arbitrase di Den Haag, Belanda.
Kini, pemerintah kedua negara mengumumkan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa keduanya secara resmi akan segera mengakhiri perjanjian itu. Australia dan Timor Leste kemudian sepakat menegosiasikan perbatasan permanen di bawah naungan komisi konsiliasi.
"Pemerintah Australia dan Timor Timur tetap berkomitmen membina hubungan dekat mereka serta terus melakukan kerja sama di bidang ekonomi, pembangunan dan, kepentingan nasional," bunyi pernyataan yang dirilis pada Senin, 9 Januari 2017.
Selanjutnya akan ada pertemuan rahasia yang diadakan selama tahun ini antara perwakilan Australia dan Timor Leste, seperti dilansir BBC.
Menanggapi pernyataan itu, Duta Besar Timor Leste untuk Australia, Abel Guterres, menuturkan pencapaian kesepakatan yang sejalan dengan hukum internasional akan menjadi sangat penting bagi kedua negara. Dalam hal ini untuk membangun hubungan bilateral serta stabilitas dan keamanan regional.
BBC | COURIER MAIL | YON DEMA