TEMPO.CO, Taipei - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, Sabtu, 7 Januari 2017, bertolak meninggalkan Taipei untuk memulai lawatan kenegaraan ke sejumlah negara di Amerika.
Meski tidak akan melakukan kunjungan resmi ke Amerika Serikat, rival bebuyutan Taiwan, Cina, mengawasi perjalanan sembilan hari Tsai dengan saksama. Sebab, Tsai akan singgah sebentar di Houston dan San Francisco.
"Ini hanyalah transit," kata seorang pemimpin Taiwan kepada wartawan pada pekan lalu saat ditanyai kemungkinan pertemuan Tsai dengan Presiden Amerika terpilih Donald Trump.
Trump sendiri tampaknya tidak akan menemui Tsai dalam kunjungan itu dengan mengatakan menemui pemimpin negara sangat tidak etis sebelum ia dilantik pada 20 Januari mendatang.
Ketegangan Amerika Serikat dengan Cina terjadi menyusul komunikasi langsung antara Trump dan Tsai. Presiden Taiwan ini mengucapkan selamat atas terpilihnya Trump sebagai pemimpin baru Amerika.
Sambutan hangat Trump atas telepon Tsai pada Desember lalu tersebut menimbulkan kemarahan Beijing dan kecanggungan Washington. Sebab, selama ini, Amerika Serikat menerapkan kebijakan Satu Cina. Kebijakan ini hanya mengakui Cina sebagai satu-satunya negara, sedangkan Taiwan adalah provinsi di negara itu.
Beijing telah mendesak Washington melarang Tsai terbang melewati langit Amerika.
Tsai akan mengunjungi sejumlah negara sekutu di Amerika Tengah, seperti Honduras, Nikaragua, Guatemala, dan El Salvador. Ia dijadwalkan menghadiri pelantikan Presiden Nikaragua pada Selasa mendatang.
Adapun Vatikan merupkan pendukung utama Taiwan meski belakangan ini hubungan Tahta Suci dengan Beijing semakin membaik.
CHANNEL NEWS ASIA | THE KOREA HERALD | SITA PLANASARI AQUADINI