TEMPO.CO, Muenchen - DI Amerika Serikat, gelombang berita palsu atau hoax, tak dapat dicegah. Bagaimana dengan nasib Eropa? Dengan bergulirnya pemilihan umum di Prancis, Jerman, Belanda, dan kemungkinan Italia, Eropa bersiap memerangi serangan-serangan dunia maya dan misinformasi seperti tampak di pemilu Amerika Serikat pada November lalu.
Hampir dua pertiga orang dewasa Amerika Serikat mengatakan berita-berita bohong (fake news) menimbulkan suatu kebingungan besar selama kampanye pilpres.*
Kebingungan besar: 64%
Agak membingungkan: 24%
Tidak membingungkan/jelas: 11%
November 2016 – Pemilu Amerika Serikat:
Banjir berita palsu menyerang Hillary Clinton di Facebook.
CIA meyakini bahwa GRU—badan intelijen militer Rusia—memakai jasa peretasan kelompok Fancy Bear menyebarkan berita-berita hoax (palsu) yang mendukung Donald J. Trump (atas). Lebih dari 100 situs berita palsu Amerika Serikat terlacak ke Veles di Makedonia.
Baca Juga:
Desember 2016–Referendum Italia:
Perdana Menteri Matteo Renzi (kiri) kalah dalam referendum dan mundur. Ini merupakan kemenangan nyata kubu populis Gerakan Bintang Lima yang dipimpin oleh Beppe Grillo (kiri dalam). Pengecekan fakta situs Pagella Politica menemukan bahwa separuh informasi referendum populer yang tersebar di media-media sosial adalah berita bohong.
15 Maret 2017–Pemilihan Umum Belanda:
Polling menempatkan Geert Wilders (kanan dalam) dan partai anti-Islamnya, PVV, mengungguli partai kanan tengah Perdana Menteri Mark Rutte (kanan).
Kalahnya referendum pakta Uni Eropa 2016 dengan Ukraina dituding terjadi akibat propaganda Kremlin atas penjatuhan penerbangan MH17.
23 April 2017–Pemilihan Presiden Prancis:
Marine Le Pen (kiri dalam), pemimpin partai kanan-jauh National Front, diperkirakan menang atas partai kanan-tengah Republican Francois Fillon (kiri). Kandidat terdepan Republican, Alain Juppe, kalah dalam konvensi primer partainya setelah berita-berita palsu mengaitkan dirinya ke ekstremis Islam.
September-Oktober 2017–Pemilu federal Jerman:
Partai Christian Demokratik berhaluan kanan-tengah yang dipimpin Angela Merkel (kanan) menghadapi tantangan dari Alternative for Germany—partai sayap-kanan yang dipimpin Frauke Petry (kanan dalam).
Badan Keamanan Jerman BfV telah memperingatkan bahwa Kanselir Merkel adalah target dari kampanye penyesatan informasi dari Kremlin. Pemerintah mengancam mendenda Facebook senilai euro 500 ribu setiap menayangkan berita bohong.
*Survei Pew Research Center digelar pada 1–4 Desember 2016 di antara 1.002 orang dewasa Amerika Serikat, di atas usia 18 tahun. Tingkat kesalahan: lebih kurang 3,6 persen.
Sumber: Pew Research, Politico, Buzzfeed, Pagella Politica, The Atlantic
Foto-foto: Associated Press