TEMPO.CO, Beijing - Hari pertama 2017 diwarnai dengan kabut asap tebal di Beijing. Setelah polusi sepanjang Desember, ibu kota Cina itu diselimuti kabut asap berwarna keabu-abuan yang menghalangi jarak pandang hingga beberapa ratus meter. Gedung pencakar langit seperti terapung dalam asap, sedangkan mayoritas orang mengenakan masker pernapasan.
Di Beijing, 24 penerbangan dibatalkan, dan semua bus ke kota-kota bersebelahan dihentikan. Di Bandara Tianjin, 200 penerbangan dibatalkan. Beberapa rute bus dihentikan dan beberapa ruas jalan raya ditutup akibat kabut asap. Di Shijiazhuang, ibu kota Provinsi Hebei, sekitar dua puluhan penerbangan dibatalkan, dan delapan penerbangan dialihkan ke bandara lain.
Minggu pagi, jumlah partikel di udara lebih dari 500 ppm, menurut perkiraan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Beijing, ini jauh di atas pagu standar Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) yang hanya 25 ppm, untuk paparan selama 24 jam berturut-turut.
"Mengapa mereka tidak mengumumkan peringatan kewaspadaan merah? Apakah karena dianggap pertanda buruk karena terjadi di hari pertama di awal tahun," kata seorang pengguna situs media sosial mirip Twitter di Cina, Weibo.
"Polusi punya izin tinggal di Beijing, karena itu tidak pernah pergi," yang lain meledek di akunnya.
Menurut Badan Meteorologi Nasional, kabut asap tebal akan terjadi di Beijing, Tianjin, Hebei, Shanxi, Henan, Shandong, Shaanxi, Hubei, dan Anhui mulai Ahad hingga Senin pagi. Adapun Liaoning dan Jilin, Hubei Tengah, serta Jiangsu timur akan dilanda kabut asap sedang.
Sebagian besar emisi gas rumah kaca Cina berasal dari pembakaran batu bara yang digunakan pembangkit listrik dan pemanas. Jumlah tersebut meningkat saat musim dingin dan menjadi penyebab utama kabut asap.
Pada 6–21 Desember, 30 kota utama di Cina Utara berada dalam waspada merah, peringatan tertinggi jika polusi yang sangat buruk terjadi lebih dari 72 jam.
Sekolah-sekolah diliburkan dan aparat mengurangi jumlah kendaraan di jalanan dengan harapan mengurangi kabut asap. Jumat dan Sabtu lalu, 24 kota di utara dan timur Cina kembali dalam kewaspadaan merah.
Hampir semua peringatan itu dicabut, Ahad. Kecuali di beberapa distrik Shijiazhuang, kota industri di Hebei. Pada pertengahan Desember, tingkat polusi 40 kali lebih tinggi daripada level maksimum yang diizinkan WHO.
Masalah tersebut membuat publik marah, di tengah pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam beberapa dekade terakhir namun menyebabkan masalah lingkungan.
Badan Meteorologi Cina memperkirakan polusi kabut asap akan hilang secara progresif mulai 5 Januari mendatang. Cina menetapkan target untuk mengurangi kapasitas batu bara hingga 800 juta ton. Di luar target itu, Beijing mengharapkan output batu bara akan naik sebesar 3,9 miliar ton hingga 2020, dibanding sebelumnya 3,75 miliar ton.
HONG KONG FREE PRESS | CHANNEL NEWS ASIA | REUTERS | NATALIA SANTI