TEMPO.CO, Manila - Seorang wartawan lokal di Filipina, Larry Que, tewas tertembak setelah menulis di ruang pojok mengenai dugaan kelalaian pegawai sehubungan penemuan laboratorium pil perangsang baru-baru ini. Insiden itu sekaligus menandai pembunuhan wartawan pertama dalam kampanye memerangi narkoba di negara itu.
Seperti yang dilansir Guardian pada Kamis, 22 Desember 2016, Uni Wartawan Nasional Filipina (NUJP) mengutuk pembunuhan Larry Que dan 'menantang' Presiden Rodrigo Duterte untuk mencari pelaku dan menggerakkan tim petugas khusus untuk melindungi praktisi media.
NUJP mengatakan Que mengelola Catanduanes News Now. Ia ditembak di kepala di luar tempat kerjanya. Tidak jelas apakah motif pembunuhan ada hubungannya dengan pekerjaannya atau tidak. Namun NUJP mengatakan bahwa Que pernah mengkritik pejabat lokal terkait pabrik sabu.
Artikelnya, menurut NUJP, melaporkan pejabat lokal yang dianggap ceroboh ketika babru-baru ini sebuah laboratorium yang didirikan secara ilegal untuk memproduksi sabu ditemukan.
Filipina adalah salah satu negara paling bahaya untuk wartawan. Banyak juru warta terbunuh di negara itu sejak tiga dekade lalu, dengan presenter radio peliput politik paling sering menjadi korban. Penyelidikan terhadap kasus kematian wartawan sering tidak menghasilkan keputusan apapun.
Oktober lalu, Duterte menandatangani perintah untuk mendirikan gugus tugas khusus berisi menteri, polisi, pejabat pertahanan dan peradilan untuk melindungi media, menyelidiki serangan terhadap praktisi media dan membentuk pengawas untuk meneliti penyelidikan.
NUJP mengatakan, panel itu seharusnya diperintahkan memburu pembunuh Que. Ia mengkritik pemerintah karena pendekatan terhadap media dan apa yang dikatakan kecenderungan menuduh wartawan mendistorsi pernyatpernyataan presiden.
"Kami mendesak pemerintah memenuhi janji dan membuktikan menghormati kebebasan pers, bukan hanya cepat menyelesaikan serangan terhadap kebebasan berbicara, tetapi paling penting, mengakhiri tindakan menyalahkan media karena salah menerjemahkan pesan yang selalu tidak konsisten," kata NUJP.
Selain Que, penyiar lain, Jinky Tabor, yang menyaksikan penggerebekan juga telah menerima ancaman. Kasus Que ini adalah pembunuhan terhadap awak media yang pertama di bawah pemerintahan Duterte. Namun NUJP mengatakan itu bukan serangan pertama pada wartawan di bawah pemerintahan saat ini.
NUJP mengatakan bahwa pria bersenjata sebelumnya menembak dan melukai Saturnino "Jan" Estanio dari dxRS Radio Mindanao Network di Surigao City dan putranya berusia 12 tahun pada hari pelantikan Duterte. Bulan lalu, wartawan Pangasinan Virgilio Maganes juga selamat dari upaya pembunuhan.
THE GUARDIAN | RAPPLER | YON DEMA