TEMPO.CO, Veles - Remaja warga Makedonia mengaku mendapat uang sedikitnya US$ 60 ribu atau Rp 798 juta dengan membuat berita-berita bohong dalam enam bulan terakhir, tepatnya semasa kampanye calon Presiden Amerika Serikat. Berita-berita bohong dibuatnya untuk para pendukung Donald Trump, calon Presiden Amerika dari kubu Partai Republik.
Dari desa kecil bernama Veles di Makedonia, remaja usia 17 tahun ini menangguk keuntungan dengan membuat dan menyebarkan berita-berita bohong di situs-situs jaringannya. Remaja ini mengungkapkan kepada NBC, dia hanya satu dari 300 orang penduduk Veles yang menjalankan bisnis berita bohong itu.
Berita bohong yang dikerjakan remaja dan ratusan warga Veles itu sering berisikan komentar-komentar bernada kebencian dan pelecehan agresif secara siber terhadap target dalam berita yang dibuat.
Salah satu di antaranya adalah berita hasil konspirasi untuk menjatuhkan pesaing Trump, Hillary Clinton, yang terinspirasi dari kasus skandal Pizzagate.
Baca:
Bom Bunuh Diri di Gereja di Mesir, Pelaku Bawa Bom 12 Kg
Resmi Jadi Sekjen PBB, Guterres : PBB Harus Siap Berubah
Ceritanya, seorang pria bernama Edgar Maddison Welch, asal North Carolina, bergegas ke restoran pizza di Washington DC. Welch membawa senjata AR-15 memasuki restoran pizza dengan tujuan mau menginvestigasi dugaan Hillary Clinton dan politikus top Partai Demokrat terlibat dalam jaringan penjualan anak-anak untuk bisnis seks.
Welch, menurut polisi, bermaksud ingin membuktikan tentang skandal yang didasarkan pada teori konspirasi online dan kemudian dikenal kasus itu sebagai skandal Pizzagate.
Remaja Makedonia itu kemudian membuat berita bohong berdasarkan cerita Pizzagate itu meski dia mengaku tidak mengerti tentang cerita itu yang sebenarnya.
Baca: Jokowi dan Wapres India Komitmen Sebarkan Islam yang Damai
"Saya kebanyakan menulis mengenai sejumlah e-mail-nya, apa yang ada di dalam e-mail-nya, tragedi Benghazi, mungkin mengenai sakit yang dideritanya," kata remaja itu kepada NBC seperti dikutip dari Huffington Post, 12 Desember 2016.
"Tak ada yang dapat menggoyahkan pendukung Trump ketika hal itu hadir di media sosial," kata remaja itu.
Terhadap pembuatan berita bohong tersebut, remaja itu merasa tidak terganggu dan ia pun tidak peduli dengan dampak berita bohong itu terhadap hasil suara pemilihan Presiden Amerika pada 8 November lalu.
"Saya tidak memaksa siapa pun untuk memberikan saya uang. Orang menjual rokok, mereka menjual alkohol. Itu tidak ilegal, mengapa bisnis saya dianggap ilegal? Jika Anda menjual rokok, rokok membunuh orang-orang. Saya tidak membunuh siapa pun," ujarnya.
HUFFINGTON POST | HEAVY.COM | NPR | MARIA RITA