TEMPO.CO, Washington-Badan intelijen Amerika Serikat, CIA menyimpulkan Rusia telah mengintervensi pemilihan presiden AS untuk membantu memenangkan Donald Trump, kandidat presiden AS dari kubu partai Republik, dalam pemilihan presiden 8 November lalu.
CIA, mengutip Washington Post yang terbit Jumat, 9 Desember 2016, telah mengidentifikasi beberapa orang yang memiliki hubungan dengan pemerintah Rusia terkait dengan ribuan email yang diretas dari email Komisi Nasional Demokrat, ketua kampanye Hillary Clinton, dan lembaga lainnya untuk diberikan ke WikiLeaks.
Baca:
PBB: 2016, Tahun Bencana HAM dan Bangkitnya Fasisme
Bermata Sipit, Sistem Paspor Online Selandia Baru Menolaknya
Individu-individu ini merupakan komunitas intelijen yang merupakan bagian dari operasi Rusia untuk mendorong Donald Trump, saat itu calon presiden AS dari kubu Republik, untuk memenangkan pemilihan presiden.
"Ini bantuan komunitas intelijen yang merupakan tujuan Rusia di sini untuk membantu memenangkan Trump," ujar seorang pejabat.
Pekan lalu, CIA menggelar rapat tentang temuan ini dengan mengundang sejumlah senator. Menurut mereka yang mengikuti rapat mengatakan, kini jadi sangat jelas bahwa memenangkan Trump menjadi tujuan Rusia.
Hanya saja CIA dan sejumlah badan intelijen AS lainnya belum dapat menunjukkan secara khusus tentang keterlibatan intelijen Rusia dalam hal ini Kremlin menunjuk beberapa orang untuk memberikan email yang diretas ke WikiLeaks. Pendiri WikiLeaks Julian Assange juga telah menegaskan dalam satu wawancara dengan televisi bahwa pemerintah Rusia bukan sumber dari email-email yang diperolehnya.
Dugaan keterlibatan Rusia tercium ketika Oktober lalu, pemerintah AS secara resmi menuding Rusia melakukan serangan cyber ke kantor-kantor partai Demokrat menjelang pemilihan presiden 8 November lalu.
Presiden Barack Obama bahkan mengingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai konsekwensi dari serangan itu. Namun Rusia membantah tudingan AS. Adapun CIA tidak menanggapi peristiwa itu.
WASHINGTON POST | REUTERS | MARIA RITA