TEMPO.CO, New York - Momentum wafatnya pemimpin legendaris Kuba Fidel Castro dimanfaatkan presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump menyampaikan ancaman mengakhiri hubungan Amerika Serikat-Kuba. Hubungan Amerika Serikat-Kuba pulih pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama.
"Jika Kuba menolak menawarkan sesuatu yang lebih baik untuk rakyat Kuba, warga Kuba-Amerika dan Amerika Serikat secara keseluruhan, saya akan mengakhiri perjanjian itu," kata Trump lewat cuitannya di Tweeter seperti yang dilansir New York Times, Senin 28 November 2016.
Selama kampanye pemilihan presiden yang lalu, Trump berusaha meyakinkan pemilih keturunan Kuba-Amerika di Florida, bahwa dia menentang Castro dan saudaranya, Raul.
Trump juga mengancam mengakhiri kebijakan luar negeri yang diteken Presiden Obama. Obama sebelumnya telah setuju mencabut sanksi pembatasan perdagangan dan transaksi keuangan dengan Kuba serta berjanji membawa perubahan yang lebih baik kepada Kuba selama beberapa dekade dalam isolasi.
Kedua negara menjadi musuh ideologi setelah revolusi 1959 di Kuba, ketika Fidel Castro berkuasa dan tetap bermusuhan bahkan setelah Perang Dingin berakhir. Tapi hubungan diplomatik Washington-Havana akhirnya membaik setelah 18 bulan negosiasi sulit hingga muncul kesepakatan pemulihan hubungan pada 17 Desember 2014.
Kedua negara membuka kedutaan. Sejak itu, perdagangan antar keduanya kembali berjalan serta industri pariwisata Kuba mulai bergairah dengan banyaknya warga Amerika Serikat mengunjungi Kuba. Maskapai penerbangan Amerika Serikat memulai pelayanan perdana ke Kuba.
NEW YORK TIMES | REUTERS | YON DEMA