TEMPO.CO, Miami - Suasana meriah terlihat di kawasan Little Havana, Miami, Florida, Amerika Serikat. Ribuan warga keturunan Kuba berdansa dengan diiringi musik tradisional selama hampir dua hari berturut-turut. Mereka bergembira merayakan kematian pemimpin revolusi Kuba, Fidel Castro, yang meninggal pada usia 90 tahun, Jumat, 25 November 2016.
Sekitar dua juta orang Kuba tinggal di Amerika Serikat. Hampir 70 persen di antaranya berada di Florida, dan sebagian besar dari mereka tinggal di Miami.
"Saya tidak bosan merayakan karena saya tidak percaya itu. Saya tidak pernah berpikir bahwa saat ini akan tiba," kata wanita bernama Delsy yang terlibat dalam perayaan tersebut.
Di antara hiruk-pikuk klakson mobil, drum, musik keras, dan sorak-sorai, terdengar nyanyian "Fidel kau telah pergi, ajak saudaramu juga!". Saat ini adik Fidel Castro, Raul, 85 tahun, masih berkuasa sebagai Presiden Kuba.
Bar, klub malam, serta kafe penuh sesak oleh orang-orang yang berpesta. Jalanan dipadati pejalan kaki hingga larut malam.
Di sudut-sudut kota, terlihat pensiunan Kuba duduk di luar, menikmati malam yang hangat dan lembap. Mereka berdiskusi tentang masa depan. "Sekarang Kuba memiliki harapan tanpa Fidel dan komunisme akan jatuh. Jika Tuhan mengizinkan, kami akan kembali ke negara merdeka kami," ucap Vicente Abrez, 65 tahun.
Selain veteran dan warga yang pernah diasingkan dari Kuba saat revolusi Castro beberapa dekade lalu, beberapa politikus bergabung dalam perayaan itu.
Wali Kota Miami Tomas Regalado, yang bergabung dalam suasana bahagia itu, menuturkan merayakan kematian seseorang tidak boleh dikritik. Gubernur Florida Rick Scott menyatakan ia bergabung dengan warga Kuba-Amerika di seluruh negeri yang sangat berharap untuk masa depan Kuba.
"Seusai puluhan tahun penindasan, rakyat Kuba pantas mendapatkan kebebasan, perdamaian, dan demokrasi," katanya dalam sebuah pernyataan.
Lebih dari tiga juta orang melarikan diri rezim Castro setelah ia berkuasa pada 1959. Ratusan ribu orang mengungsi melintasi Selat Florida menuju Miami.
DAILY MAIL | TELEGRAPH | YON DEMA