TEMPO.CO, Abuja - Amnesty International melaporkan terjadi pembunuhan ratusan demonstran oleh pasukan militer Nigeria sejak Agustus 2015. “Tindakan ceroboh yang dilakukan pasukan militer dalam meredam aksi demonstran itu menyebabkan setidaknya 150 kematian,” kata Makmid Kamara, Direktur Amnesty International di Nigeria, seperti dikutip BBC, Kamis, 24 November 2016.
Bahkan, ujar Makmid, dia khawatir jumlah korban jauh lebih banyak dari perkiraan organisasinya.
Amnesty International melaporkan pasukan militer Nigeria menggunakan peluru dalam meredam aksi demonstran dari kelompok separatis Biafra. Namun militer Nigeria membantah tuduhan itu dan menganggap Amnesty International berusaha menodai reputasi militer Nigeria.
Menurut Amnesty International, telah terjadi eksekusi korban di luar hukum. Lembaga ini mencatat 60 orang ditembak dan dibunuh di Onitsha dalam dua hari ketika perayaan Biafra Remembrance Day Mei 2016.
Tahun lalu, telah terjadi serangkaian unjuk rasa pendukung pribumi Biafra. Demonstrasi itu bertujuan mendorong berdirinya negara baru bernama Biafra, yang terletak di tenggara Nigeria. Sebelumnya, upaya aksi separatis oleh etnis Biafra memicu perang sipil di Nigeria pada 1966.
BBC.COM | ARIF BUDIMAN