TEMPO.CO, Mosul - Buku-buku pelajaran anak sekolah tergeletak di antara puing-puing bangunan yang runtuh di Kota Nimrud, sekitar 30 kilometer arah selatan Mosul, Irak. Pasukan Irak baru saja menguasai kota itu dari cengkeraman kelompok teroris ISIS.
Setelah dibaca, ternyata buku-buku itu merupakan buku pelajaran anak-anak sekolah di Nimrud. ISIS menyediakannya untuk dibaca oleh anak-anak dengan tujuan mengajarkan anak-anak menjadi ekstremis pemula sekaligus mencuci otak.
Isi buku pelajaran yang dibuat ISIS untuk anak-anak di Mosul, Irak, memuat beberapa mata pelajaran yang di dalamnya mengandung kekerasan dan pembunuhan. Misalnya, memuat gambar dinamit atau bom dan sejumlah kata-kata yang mengacu pada "jihad" menurut ISIS.
Baca:
Cegah Penyusup, Libanon Bangun Tembok Dekat Kamp Pengungsi
Hukuman Seumur Hidup Eks Presiden Mesir Mursi Dibatalkan
Plt Dubes Libanon, Azzi: Pemerintahan Kami Terunik di Dunia
Untuk buku pelajaran matematika, anak-anak diajarkan menggunakan gambar senjata mematikan dan menampilkan soal-soal di dalamnya dengan gambar AK-47 dan sub-senapan mesin. Pertanyaan lain di dalam buku itu turut menampilkan gambar tank, roket, pesawat perang, dan bazoka untuk dijumlahkan.
Menurut laporan The Sun pada 21 November 2016, anak-anak diperintahkan menuliskan waktu menggunakan tampilan jam yang melekat pada gambar bom. Sebuah buku tata bahasa, yang ditemukan terpisah di kota yang terkepung dari Mosul, berisi desakan bagi anak-anak untuk membuat kalimat dari kata-kata seperti bom, rompi, dan meledak.
Lebih dari satu juta murid yang hidup di bawah kekuasaan ISIS di Irak telah keluar dari sekolah. Jika tetap bersekolah, anak-anak dipaksa untuk belajar dari kurikulum ISIS.
Banyak dari mereka, yang menempati kota-kota yang telah dibebaskan oleh pasukan Irak, mengungkapkan para guru ekstremis berusaha mencuci otak mereka dengan ideologi jihad. Anak-anak juga dipaksa belajar menggunakan senjata, merakit bom, dan memenggal kepala tahanan. Bahkan anak-anak itu mengaku lebih mudah menulis nama-nama senjata daripada mengeja nama mereka sendiri.
"Mereka mencoba mengajarkan kami cara menembak jatuh pesawat guna menghentikan serangan udara. Mereka akan menunjukkan kepada kami gambar dari pesawat dan menunjukkan bidikan ke tangki bahan bakar agar pesawat itu lekas hancur," kata Hassam, 16 tahun, mantan siswa sekolah ISIS.
Penggunaan anak-anak di dalam kekerasan ISIS bukanlah hal baru. Beberapa waktu lalu, kelompok teroris itu kerap menampilkan anak-anak untuk mengeksekusi tawanan dalam video propaganda mengerikan.
THE SUN | DAILY MAIL | YON DEMA