TEMPO.CO, Aleppo- Koordinator bantuan darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Stephen O'Brien mengatakan, jumlah orang yang hidup di bawah kepungan pemberontak di Suriah meningkat dua kali lipat hingga 1 juta orang. Jumlah itu melonjak dalam enam bulan terakhir.
“Orang- orang sedang terisolasi, kelaparan, dibom dan tidak mendapatkan bantuan medis," kata O’brien seperti dikutip dari BBC, Selasa, 22 November 2016.
Baca:
Minta Maaf, Gereja Katolik Akui Terlibat Genosida di Rwanda
Bom Bunuh Diri ISIS di Masjid Syiah di Kabul, 27 Orang Tewas
Penembakan pada 15 November lalu ke wilayah yang dihuni mayoritas warga sipil menjadi petaka. Ratusan warga sipil tewas dan terluka terkena serangan tanpa henti di Allepo. O’Brien mengatakan hampir di setiap rumah sakit di daerah yang dikuasi oleh pemberontak dibom,
Pada bulan ini, lebih dari 350 mortir dan roket diluncurkan ke Aleppo barat. Akibatnya 60 orang tewas dan 350 orang lainnya terluka. Sebuah sekolah milik pemerintah Suriah juga dihantam roket yang menyebabkan 8 orang anak tewas.
"Kekerasan di Aleppo sudah sangat mengerikan dan menakutkan," kata O'Brien.
Selain itu, akses jalan yang terputus membuat PBB kesulitan untuk mengirim bantuan ke Suriah. Terakhir kali PBB mengirimkan bantuan pada 13 November lalu. Para pengungsi kesulitan mendapatkan makanan di pasar, bahkan menjadi sangat langkah dan dengan harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi.
Amerika Serikat menuduh komandan dan pejabat Suriah bertanggung jawab atas serangan militer terhadap warga sipil. Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Samantha Power mengatakan kasus ini harus dibawa ke pengadilan.
BBC | DWI HERLAMBANG ADE | MR