TEMPO.CO, Aleppo - Serangan udara menghancurkan rumah sakit Omar bin Abdul Aziz di wilayah timur Kota Aleppo, Suriah, pada Jumat, 18 November 2016. Listrik mendadak padam, debu berhamburan masuk ke area yang seharusnya steril, ruang inkubator.
Seketika paramedis bergerak cepat menyelamatkan bayi-bayi yang berada dalam inkubator. Mereka bekerja cekatan. Seorang bayi yang terakhir diselamatkan dari dalam inkubator, tubuhnya dibalut kain yang tersedia di ruangan itu.
Seorang paramedis perempuan menangis tersedu-sedu sambil mengeluarkan bayi dari inkubator. Paramedis yang membawa bayi terakhir tadi memeluk rekannya. Keduanya berpelukan dan menangis bersama.
Bayi-bayi dalam inkubator itu kemudian dibawa ke ruangan lain. Mereka diletakkan di lantai dengan dialasi selimut, seperti dikutip dari Al Jazeera, 19 November 2016.
Baca:
350 Anak Palestina Hidup dalam Penjara di Israel
Yahudi Minta Trump Tidak Data Muslim, Atau Ini yang Terjadi
Ini bukan pertama kali rumah sakit jadi sasaran. Menurut Direktorat Kesehatan Aleppo, seluruh rumah sakit di wilayah timur Aleppo sudah tidak berfungsi disebabkan ledakan bom. Sehingga anak-anak dan orang-orang yang menderita sakit tidak dapat dirawat lagi.
Menurut Syrian Observatory for Human Rights yang berkantor di Inggris menjelaskan, seluruh rumah sakit di Aleppo bagian timur memang sudah tidak berfungsi. Masyarakat pun tidak dapat mengakses rumah sakit disebabkan intensitas serangan.
"Aleppo lenyap di depan mata dunia," kata Mohammed Abu Raja, petugas medis di Kota Aleppo bagian timur.
"Tidak hanya rumah sakit yang tak tersedia. Seluruh area bebas di Aleppo tak berfungsi. Seluruh bangunan hancur," kata Abu Rajab, seperti dilansir dari Daily Mail, 20 November 2016.
Aleppo, pusat bisnis Suriah, terbelah dua sejak 2012. Wilayah timur Aleppo dikuasai oleh para pemberontak anti-pemerintahan Bashar al-Asssad. Wilayah barat Allepo dikuasai pasukan pemerintah Suriah.
Mengutip Al Jazeera, lebih dari 250 ribu warga sipil masih terjebak di wilayah timur Aleppo. Mereka dalam ancaman serangan bom dan kekurangan suplai makanan dan sangat terbatasnya layanan kesehatan.
ALJAZEERA | DAILY MAIL | MARIA RITA