TEMPO.CO, Beijing - Pizza, beruang kutub paling “sedih” di dunia, menurut para pecinta binatang, akhirnya dipindahkan dari ruang sempit di sebuah pusat perbelanjaan di Guangzhou, Cina, ke habitatnya di Tianjin.
Mal Grandview, Guangzhou, Cina, telah mengadakan acara perpisahan untuk beruang kutub itu pada Minggu, 13 November 2016. "Setelah acara perpisahan selesai, Pizza telah meninggalkan ruang kaca itu," kata juru bicara pusat perbelanjaan itu, seperti dilansir New York Times pada Senin, 14 November 2016.
Menurut pihak manajemen mal itu, pemindahan Pizza hanya untuk sementara, yaitu sampai renovasi selesai. Pegiat perlindungan terhadap hewan Cina menyambut baik berita itu.
"Ini keputusan yang baik, keputusan yang tepat untuk Pizza, tapi itu bukan akhir,'' ucap Qin Xiaona, Direktur Asosiasi Perlindungan Hewan Capital, dalam sebuah pernyataan.
Kelompok Qin merupakan lembaga pertama yang menyiarkan video terkait dengan situasi tidak mengenakan yang dialami Pizza secara online. Mereka lantas memberi judul video itu "Beruang Kutub Paling Sedih di Dunia".
Rekaman video memperlihatkan Pizza mondar-mandir, mencoba mencari celah di kaca kandang dan menjauh dari pengunjung, menggelengkan kepalanya dari sisi satu ke sisi lain, dan mengendus dan mengais-ngais di ventilasi udara. Rekaman video itu menunjukkan kondisi fisik dan emosi Pizza yang tertekan dan tidak stabil.
Pakar kebijakan di Cina, Peter Li, menuturkan Pizza mengalami depresi karena hidup dalam kondisi serba-kekurangan dan tersiksa dalam ruang sempit di pusat perbelanjaan itu. "Akhirnya, dia berpeluang menikmati cahaya, mengambil udara segar, melihat langit, serta berada di samping ibu dan ayahnya," ujarnya.
Dia menambahkan, perpindahan itu terjadi setelah pihak mal mendapat tekanan publik yang khawatir dengan situasi kesehatan beruang kutub itu. Gambar acara perpisahan beruang kutub yang tersebar di Weibo itu menunjukkan anak-anak berbaris untuk mengucapkan selamat tinggal kepadanya.
Pusat perbelanjaan di Cina kerap menggunakan hewan liar yang dilindungi untuk menarik pelanggan dalam upaya bersaing dengan semakin populernya sistem belanja online.
NEW YORK TIMES | YON DEMA